Sabtu, 06 Mei 2017

PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN



 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perubahan iklim sebagai implikasi dari pemanasan global mengakibatkan ketidakstabilan di permukaan bumi. Global warming atau yang sering dikenal dengan istilah pemanasan global, merupakan suatu masalah yang banyak menjadi pemberitaan hangat melalui media massa, baik cetak maupun elektronik. Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata di permukaan bumi sebagai dampak dari efek rumah kaca. Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) atau Panel Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim menyatakan bahwa suhu rata-rata bumi telah meningkat 0,9 hingga 1,3.
Berdasarkan laporan hasil pengamatan tim peneliti Swiss yang ditulis dalam jurnal Environmental Research Letters menyatakan bahwa manusia menyumbang 74% faktor penyebab perubahan iklim. Penyumbang lainnya adalah alam (26%).
Menurut laporan IPCC, abad 21 (2001-2010) merupakan satu dekade terpanas dengan suhu di permukaan bumi rata-rata mencapai 14,47. Rata-rata suhu bumi akan naik antara 0,3 ke 0,7 pada periode 2016-2035. Salah satu penyebab pemanasan global adalah meningkatnya konsentrasi emisi gas rumah kaca. Gas rumah kaca adalah gas-gas yang dapat meloloskan sinar matahari untuk masuk ke atmosfer, tetapi menahan inframerah yang dilepaskan kembali oleh permukaan bumi. Gas-gas yang memberi efek rumah kaca seperti:
a.       CO2 (50%) dihasilkan dari pembakaran, barang tambang, kendaraan bermotor, pembangkit lisrik, minyak dan gas alam.
b.      CFC (15-20%) dihasilkan dari penggunaan pendingin seperti kulkas dan AC.
c.       CH4  (20%) dihasilkan dari penguraian limbah organik, dan efek dari penggunaan pupuk nitrogen pada produksi peternakan dan pertanian.
d.      NO2 (10%) dihasilkan dari penguraian pupuk tertentu dalam tanah.
Peningkatan suhu yang ekstrim ini menyebabkan kondisi fisis atmosfer kian tidak stabil dan menimbulkan terjadinya anomali-anomali terhadap cuaca yang berlangsung lama. Dalam jangka panjang, pemanasan global akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang berdampak buruk terhadap pertumbuhan tanaman dalam sistem metabolisme dan fisiologi tanaman. Maka, perubahan iklim global akan berdampak buruk terhadap keberlanjutan pembangunan pertanian (Las, 2007). Pada tanaman yang tidak tahan pada curah hujan yang tinggi, maka tanaman tidak akan tumbuh dengan baik pada iklim yang tidak menentu. Bahkan, tanaman juga tidak akan lepas dari dampak pemanasan global akibat peningkatan suhu secara drastis.
Sehubungan dengan karya tulis ini, akan memberikan informasi dan pemahaman yang bermanfaat mengenai pengaruh pemanasan global yang diikuti dengan perubahan iklim dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang di atas, maka dalam penulisan karya tulis ini, penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan pemanasan global dan perubahan iklim?
2.      Bagaimana pengaruh iklim terhadap pertumbuhan tanaman?
3.      Bagaimana dampak adanya perubahan iklim terhadap pertumbuhan tanaman?
4.      Bagaimana upaya untuk meminimalkan dampak perubahan iklim terhadap pertumbuhan tanaman?

C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang diberikan, tujuan penulisan karya tulis ini, antara lain:
1.      Untuk mengetahui apa itu pemanasan global dan perubahan iklim.
2.      Untuk mengetahui pengaruh iklim terhadap pertumbuhan tanaman.
3.      Untuk mengetahui dampak pemanasan global terhadap pertumbuhan tanaman.
4.      Untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak pemanasan global terhadap pertumbuhan tanaman.

D.    Manfaat Penulisan
Penulisan karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan pemanasan global, dapat dijadikan sebagai himbauan, masukan, dan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya menjaga bumi dan lingkungannya dari berbagai dampak yang ditimbulkan oleh adanya pemanasan global yang diikuti dengan perubahan iklim dunia. Serta, dapat menerapkan upaya-upaya yang diberikan dalam kehidupan sehari-hari.








 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi sebagai dampak dari efek rumah kaca. Efek rumah kaca adalah peristiwa terperangkapnya radiasi inframerah dari permukaan bumi oleh gas rumah kaca (CO2, CFC, CH4, NO2) sehingga suhu bumi memanas. Efek rumah kaca memiliki manfaat bagi makhluk hidup di bumi, karena dapat menghangatkan bumi. Tanpa adanya efek rumah kaca, suhu rata-rata bumi adalah -18. Jika bumi serendah itu, maka bumi tidak dapat didiami oleh makhluk hidup.
Akan tetapi, akibat jumlah gas rumah kaca yang berlebih di atmosfer, gas-gas tersebut akan menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi secara berulang-ulang, akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Hal ini yang menyebabkan suhu rata-rata di permukaan bumi terus meningkat, sehingga menimbulkan pemanasan global. Pemanasan global tersebut akan diikuti dengan perubahan iklim yang ekstrim.
Iklim adalah rata-rata peristiwa cuaca di suatu wilayah yang relatif luas dan diamati dalam waktu yang lama. Perubahan iklim adalah terjadinya perubahan kondisi atmosfer, seperti suhu, dan cuaca dalam waktu yang lama. Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai keadaan, dimana suhu rata-rata di bumi mengalami kenaikan yang ekstrim dan terjadinya pergeseran musim.
Menurut IPCC (2001), menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitas yang nyata untuk jangka waktu yang panjang. Perubahan iklim disebabkan karena proses internal ataupun eksternal, serta ulah manusia yang terus-menerus merubah komposisi atmosfer atau tata guna lahan.
            Dalam laporan oleh panel iklim PBB, meyakini bahwa manusia adalah ‘penyebab dominan’ pemanasan global yang terjadi sejak tahun 1950an. Hal ini dibuktikan dalam laporan hasil tim peneliti lintas negara, dari Australia, Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat yang mensurvei 11.994 hasil penelitian akademis oleh 29.083 ilmuan dari seluruh dunia pada periode 1991-2001. Hasilnya, tim peneliti menemukan 97,1% hasil penelitian ilmiah mendukung teori bahwa pemanasan global dipicu oleh aktivitas manusia.
Di Asia terjadi kenaikan suhu sebesar 1 hingga 3Meningkatnya suhu global menyebabkan meningkatnya permukaan air laut. Data terbaru IPCC, menunjukkan bahwa rata-rata suhu permukaan bumi naik 0,89 dari periode 1901 hingga 2012. Pada periode 2016-2035 rata-rata suhu bumi akan naik antara 0,3 ke 0,7. Sementara itu, pada periode 2081-2100 rata-rata suhu bumi akan naik 1,5hingga 2 (tergantung pada konsentrasi emisi gas rumah kaca).
Perubahan iklim akibat pemanasan global yang terjadi di Indonesia adalah naiknya suhu rata-rata tahunan sebesar 0,3, penurunan dan perubahan pola hujan sebesar 2-3%. Dimana curah hujan di bagian selatan mengalami kenaikan sedangkan di bagian utara mengalami penurunan. Dampak yang ditimbulkan dari kondisi ini adalah ketersediaan air yang tidak menentu, kekeringan, banjir. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan produksi pertanian yang bisa mempengaruhi ketahanan pangan (FAO, 2007)
Berdasarkan laporan IPCC ke 5 yang berjudul “Physical Science Basis” menyatakan bahwa bumi kini menghadapi risiko iklim yang makin ekstrim. Hal ini dibuktikan dengan maraknya bencana-bencana yang terjadi. Berdasarkan data kebencanaan BNPB (2012), dilaporkan dalam periode waktu 1815-2012 bencana banjir (38%), puting beliung (18%), tanah longsor (16%), dan kekeringan (13%) merupakan bencana yang paling sering terjadi di Indonesia. Dalam kurun waktu 1900-2006, berdasarkan laporan tersebut, terjadinya peningkatan kejadian bencana yang terkait dengan perubahan iklim belum dapat dipastikan apakah kejadian ini semata-mata disebabkan oleh adanya perubahan iklim atau oleh faktor lainnya.
B.     Pengaruh Iklim terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kenaikan suhu global, kekeringan, banjir, dan perubahan pola hujan, dapat mengancam produktivitas di bidang pertanian, ketersediaan air, dan masalah kesehatan. Diperkirakan setidaknya 81.000 petani harus memiliki sumber matapencaharian alternatif dikarenakan terganggunya lahan mereka akibat perubahan iklim. (Cruz, 2007) 
Beberapa penemuan terakhir mulai memperjelas adanya pengaruh iklim terhadap produksi pertanian. Pengaruh pada produksi pertanian disebabkan oleh  produktivitas tanaman, organisme penganggu tanaman, dan kondisi tanaman. Produktivitas pertanian berubah-ubah secara nyata dari tahun ke tahun. Perubahan cuaca dan iklim secara drastis, lebih berpengaruh terhadap pertanian. Hal ini disebabkan karena tanaman sangat peka terhadap perubahan cuaca yang sifatnya sementara dan drastis. (Munawar, 2010)
Pemantauan unsur-unsur cuaca seperti radiasi matahari, hujan, awan, angin, tekanan udara, kelembapan, dan suhu udara sangat diperlukan. Khususnya pada saat pergantian musim, baik antara musim hujan ke kemarau, atau sebaliknya. Awal musim hujan sangat menentukan penentuan saat tanam, sedangkan awal musim kemarau menentukan tingkat keberhasilan panen, karena akhir musim pertanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan air menjelang kemarau. (Chasanah, 2010).
Ilmu yang mempelajari mengenai iklim disebut dengan klimatologi. Manfaat mempelajari klimatologi yaitu untuk meningkatkan kewaspadaan dari pengaruh iklim yang semakin sulit diprediksi. Sehingga, dengan diperkirakannya kondisi iklim yang akan terjadi, maka dapat dilakukan usaha untuk menyesuaikan dengan kondisi yang mungkin terjadi. Dalam pertanian, klimatologi digunakan sebagai tolok ukur untuk menentukan kondisi unsur-unsur cuaca dalam suatu kurun waktu tertentu. Dalam kaitan dengan produksi tanaman adalah untuk menghitung hasil produksi tanaman dari kondisi alam, baik yang telah berlangsung, sedang berlangsung atau yang akan berlangsung agar tidak terjadi kemelesetan yang sangat jauh dalam kegiatan produktivitas tanaman. (Rahayu, 2008)  

C.    Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertumbuhan Tanaman
Perubahan iklim global akan mempengaruhi unsur-unsur iklim dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu:  (1) berubahnya pola hujan, (2) makin meningkatnya intensitas kejadian El-Nino dan La-Nina, dan (3) naiknya suhu udara yang berdampak terhadap unsur iklim lain. (Direktorat Pengelolaan Air, 2009)  Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang disebabkan oleh perubahan iklim.
1)      Berubahnya Pola Curah Hujan
Kebutuhan utama bagi pertumbuhan tanaman yang sehat dan produktif adalah ketersediaan air yang cukup. Sebaliknya dampak kekurangan air bagi tanaman akan berakibat jangka panjang. Kekurangan air sering terjadi akibat kurangnya curah hujan. Pola curah hujan yang polanya sudah berubah dan sulit diprediksi merupakan suatu isyarat kepada kita untuk mengelola jumlah curah hujan (air) secara efesien dan efektif dalam mendukung upaya peningkatan produksi yang optimal. (Linedin, 2012).
Perubahan iklim juga menyebabkan terjadinya perubahan jumlah hujan dan pola hujan yang mengakibatkan pergeseran awal musim dan periode masa tanam. Penurunan curah hujan telah menurunkan potensi masa tanam padi (Runtunuwu dan Syahbuddin, 2007).
Curah hujan yang lebat dapat menganggu pembungaan dan penyerbukan. Hal ini disebabkan karena air dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan. Sedangkan curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan. Curah hujan memegang peranan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Hal ini disebabkan karena air merupakan unsur hara dari tanah ke akar yang dilanjutkan ke bagian-bagian tumbuhan yang lainnya. Fotosintesis akan menurun jika 30% kandungan air dalam daun hilang, kemudian proses fotosintesis akan berhenti jika kehilangan air mencapai 60%.
Sedangkan, perubahan pola hujan yang intensitasnya semakin kecil akan menyebabkan cekaman kekeringan yang merugikan pertumbuhan tanaman, menurunkan hasil panen, dan mengancam kelangsungan hidup tanaman. Cekaman kekeringan menyebabkan berkurangnya ukuran daun, pemanjangan batang dan proliferasi akar (Farooq, 2011).  
Menurut Blum (2011) kekeringan didefininsikan sebagai ketersediaan air yang tidak mencukupi, sehingga menyebabkan penurunan produksi tanaman. Kekeringan merupakan kesenjangan antara kebutuhan tanaman terhadap air dan ketersediaan air. Pada tingkat fisiologis dan metabolisme, kekeringan menyebabkan penghambatan pertumbuhan tunas, pengurangan transpirasi, penutupan stomata, dan penghambatan fotosintesis akibat kurangnya ketersediaan air. Seperti yang diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur Wibodo Eko Putro, dilansir oleh CNN Indonesia (2015), bahwa akibat bencana kekeringan, krisis air berdampak ke pertanian. Misalnya, pertanian di berbagai wilayah daerah di Jawa Timur, seluas 20.978 ha telah kering kerontang, dan gagal panen seluas 788,8 ha.
Perubahan pola curah hujan juga menurunkan ketersediaan air pada waduk, terutama di Jawa. Sebagai contoh, selama 10 tahun rata-rata volume aliran air dari DAS Citarum yang masuk ke waduk menurun dari 5,70 milliar m3/tahun menjadi 4,90 miliar m3/tahun (Syarifuddin, 2011). Kondisi tersebut berpengaruh terhadap turunnya kemampuan waduk Jatiluhur dalam mengairi sawah. Dengan kondisi perubahan curah hujan tersebut, jika petani masih menggunakan pola tanam seperti kondisi normal, maka kegagalan panen akan semakin sering terjadi. Sehingga, dengan penurunan curah hujan dan ketersediaan air waduk, petani perlu mengubah pola tanam padi menjadi non-padi.
            Dampak perubahan pola hujan diantaranya mempengaruhi waktu dan musim tanam, pola tanam, degradasi lahan, kerusakan tanaman, dan produktivitas tanam, luas areal tanam dan areal panen, serta kerusakan keanekaragamaan hayati.

2)      Makin Meningkatnya Anomali Iklim Seperti El-Nino dan La-Nina.
Perubahan siklus hidrologi ditunjukkan oleh periode El-Nino dan La-Nina yang semakin sering. La-Nina merupakan fenomena alam yang ditandai dengan kondisi suhu muka laut di perairan Samudra Pasifik berada di bawah nilai normalnya (dingin), sementara kondisi suhu muka laut di perairan Benua Maritim Indonesia berada di atas nilai normalnya (hangat).
Kondisi suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang dingin menimbulkan tekanan udara yang tinggi, sementara kondisi hangat perairan Indonesia menimnulkan tekanan udara rendah. Kondisi ini menyebabkan mengalirnya massa udara dari pasifik ke wilayah Indonesia. Aliran tersebut mendorong terjadinya suatu titik pertemuan massa udara yang kaya akan uap air. Akibatnya, semakin banyak awan yang terkonsentrasi dan menyebabkan turunnya hujan menjadi lebih lebat. Curah hujan yang tinggi adalah hal yang tidak diinginkan bagi perkebunan sawit dan perkebunan tebu ketika waktunya panen, namun disukai oleh areal perkebunan di mana pembibitan sedang dilakukan.
Penduduk Indonesia diminta untuk waspada jika terjadi La-Nina karena dapat terjadi banjir. Pada tahun La-Nina 1988, 1995, dan 2000 luas daerah yang mengalami banjir dan genangan berturut-turut mencapai 130ribu ha,  218 ribu ha, dan 244 ribu ha. Dengan  luasan gagal panen masing-masing seluas 29ribu ha, 47 ribu ha, dan 59 ribu ha.
Kebalikan dari La-Nina adalah El-Nino ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menghangat dan menyebabkan terjadinya musim kemarau yang panjang di Indonesia. Penurunan curah hujan pada saat El-Nino dapat mencapai 80mm/bulan (Boer, 2002). Bencana kekeringan sering terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan jangka panjang, menunjukkan bahwa terjadinya musim kemarau panjang akibat adanya fenomena El-Nino pada umumnya terjadi secara periodik setiap lima tahun sekali (Bey. 1992). Pada tahun El-Nino 1991, 1994, 1997, dan 2003 luas pertanaman tanaman padi telah mengalami kekeringan berturut-turut seluas 868 ribu ha, 544ribu ha, 504 ribu ha, dan 568 ribu ha dengan luasan gagal panen seluas 192ribu ha, 161ribu ha, 88 ribu ha, dan 117 ribu ha. Penurunan luas panen karena kekeringan tersebut mengakibatkan penurunan produksi atau kehilangan hasil pada tahun 1991 diperkirakan mencapai 1,455 juta ton, sedangkan pada tahun 1994 dan 1997 menyebabkan kehilangan hasil   ton GKG. (Jasis dan Karama, 1998).
Kekeringan merupakan faktor lingkungan yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan produksi bergantung pada besarnya tingkat cekaman yang dialami dan fase pertumbuhan tanaman ketika mendapat cekaman kekeringan. Pada periode cekaman kekeringan yang panjang akan mempengaruhi seluruh proses metabolisme di dalam sel dan mengakibatkan penurunan produksi tanaman.
Pada saat kekeringan, sebagian stomata daun menutup sehingga terjadi hambatan masuknya CO2 dan menurunkan aktivitas fotosintesis. Kekeringan juga menghambat sintesis protein dan dinding sel (Salisbury dan Ross, 1995). Pengaruh kekeringan bukan hanya menekan pertumbuhan dan hasil tanaman, bahkan juga menjadi penyebab kematian tanaman.
Sedangkan La-Nina menyebabkan kerusakan tanaman akibat banjir, dan meningkatkan intensitas serangan hama dan penyakit. La-Nina menyebabkan kelembapan dan curah hujan tinggi yang disukai oleh Organisme Penganggu Tanaman (OPT). Pada daerah yang rawan banjir, kehadiran La-Nina menyebabkan gagal panen akibat terendamnya tanaman. (Syarifuddin, 2011). Banjir dapat menyebabkan kehilangan hasil tanaman padi sebesar 214 ton GKG/tahun (Jasis dan Karama, 1998).
Kekurangan lahan pertanian tanaman pangan akibat adanya anomali iklim El-Nino dan La-Nina dapat diartikan bahwa produksi tanaman akan terpengaruh oleh kedua kejadian tersebut. Dampak El-Nino dan La-Nina dapat diketahui langsung  dari perubahan kuantitas atau ketersediaan pangan. Berikut adalah tabel yang berisi luas tanaman padi di Indonesia yang terkena banjir, kekeringan, dan gagal panen pada tahun 1987-2006.

Tahun
Keadaan Iklim
Terkena Banjir (ha)
Kekeringan (ha)
Gagal Panen (ha)
1987
El-Nino
-
430.170
-
1988
La-Nina
130.375
87.373
44.049
1989
Normal
96.540
36.143
15.290
1990
Normal
66.901
54.125
19.163
1991
El-Nino
38.006
867.997
198.054
1992
Normal
50.306
42.409
16.882
1993
Normal
78.480
66.992
47.259
1994
El-Nino
132.975
544.442
194.025
1995
La-Nina
218.144
28.580
51.571
1996
Normal
107.385
59.560
50.649
1997
El-Nino
58.974
504.021
102.254
2002
El-Nino
-
350.000
42.000
2003
La-Nina
42.000
-
7.000
2006
El-Nino
-
28.095
404
Tabel 1. Luas Tanaman Padi di Indonesia yang Terkena Banjir, Kekeringan, Gagal Panen Tahun 1987-2006. (Sumber: Meiviana, 2006)
            Informasi mengenai fenomena anomali iklim El-Nino dan La-Nina berikut merupakan keadaan curah hujan yang telah dipublikasikan secara berkala oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Informasi mengenai keadaan iklim tersebut, terutama yang berkaitan dengan meteorologi pertanian, belum terinformasikan secara luas hingga ke masyarakat, terutama ke petani yang merupakan pelaku langsung atas produksi pertanian. Padahal, dengan adanya penyebarluasan informasi iklim yang lebih luas, kerugian akibat anomali iklim El-Nino dan La-Nina dapat diminimalkan dengan melakukan langkah-langkah antisipasi. (Dikutip dari Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011).
3)      Naiknya Suhu Udara yang Berdampak Terhadap Unsur Iklim Lain.
Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu udara dipengaruhi oleh radiasi yang diterima oleh permukaan bumi, sementara tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman,  dan kandungan air dalam tanah. Umumnya, laju metabolisme makhluk hidup akan bertambah dengan meningkatnya suhu hingga titik optimum tertentu. Suhu optimum tumbuhan (15-30) merupakan suhu yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman.
Beberapa proses metabolisme tersebut antara lain bukaan stomata, laju penyerapaan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi. Menurut Ismal (1982) peningkatan suhu dapat meningkatkan energi kimia, akan tetapi jika peningkatan suhu di atas suhu optimum dapat pula mengangu aktivitas enzim di dalam jarinan tanaman. Akibatnya, terjadi penurunan laju pertumbuhan tanaman.
Pengaruh peningkatan suhu dapat menambah atau bahkan mengurangi dampak positif yang diberikan dari meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer. Peningkatan suhu disekitar iklim mikro tanaman (iklim dalam satu wilayah spesifik  dalam satu area yang luas) akan menyebabkan hilangnya kandungan air tanah akibat adanya penguapan. Seseorang yang bekerja di pembibitan atau pertanaman biasanya akan mempertimbangkan iklim mikro guna memaksimalkan tumbuhnya tanaman, yang aslinya berasal dari daerah yang iklimnya berbeda. Sehingga, jika terjadi peningkatan suhu disekitar iklim mikro tanaman akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Setiap tanaman memiliki suhu dasar yang merupakan suhu minimum bagi tanaman untuk bermetabolisme. Suhu minimum (10) merupakan suhu terendah di mana tumbuhan masih dapat tumbuh. Suhu maksimum (30-38) merupakan suhu tertinggi di mana tumbuhan masih dapat tumbuh. Suhu udara atau suhu tanah berpengaruh terhadap tanaman, yang tercemin dalam laju pertumbuhan, perkecambahan, pembungaan, pertumbuhan buah, dan pendewasaan atau pematangan jaringan atau organ tanaman (Lenisastri, 2000).
Besaran suhu dasar ini akan  mempengaruhi besarnya thermal unit atau jumlah panas yang harus tersedia bagi tanaman untuk optimalisasi pertumbuhan dengan akumulasi suhu rata-rata harian yang di atas suhu dasar tanaman. Konsep thermal unit didasarkan pada teori bahwa perkembangan tanaman tergantung pada jumlah panas yang diakumulasi selama masa pertumbuhan. Pada hakekatnya, konsep ini adalah pengungkapan tentang hubungan antara pertumbuhan tanaman dengan suhu lingkungannya.
Menurut Syarifuddin (2011) hubungan antara thermal unit dengan suhu lingkungan adalah berbanding lurus sementara berbanding terbalik dengan umur tanaman. Artinya, semakin tinggi suhu, maka umur tanaman akan semakin pendek.
Dampak peningkatan suhu terhadap tanaman pangan menurut Las (2007) adalah terjadinya peningkatan transpirasi yang menurunkan produktivitas, peningkatan konsumsi air, percepatan pematangan buah atau biji yang menurunkan kualitas hasil, dan perkembangan beberapa organisme penganggu tanaman. Bahkan, IRRI (International Rice Research Institute) atau Lembaga Penelitian Padi Internasional menyatakan bahwa dengan peningkatan suhu udara rata-rata 1 dapat menurunkan produktivitas beras dunia sekitar 5-10%. 
Peningkatan suhu dapat menyebabkan penurunan produksi pada berbagai jenis tanaman pangan. Pada tanaman padi, dalam fase pembentukan, tanaman padi sangat sensitif terhadap suhu yang tinggi. Selama tahap ini, memungkinkan terjadinya stress akibat panas yang akan menimbulkan menurunnya kesuburan dan kehilangan kualitas hasil. Di samping itu, suhu juga berperan tehadap perkembangan biji, seperti pengisian biji dan laju produksi bahan kering pada biji (Kobata, 2004) dan dapat menghambat perkembangan biji pada padi (Zakaria, 2002), dan gandum (Hawker, 1993). 

D.    Upaya dalam Meminimalkan Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Sehubungan dengan adanya perubahan iklim yang terjadi di Indonesia, maka seluruh pihak yang bergerak di bidang pangan harus mengerahkan upaya agar dampaknya terhadap produksi tanaman berjung pada ketahanan pangan nasional. Oleh karenanya, Kementerian Pertanian membuat strategi-strategi untuk mengurangi dampak perubahan iklim terhadap pertumbuhan tanaman dalam sektor pertanian, yakni (1) antisipasi, (2) mitigasi, (3) adaptasi.
Antisipasi merupakan penyiapan arah dan strategi, program dan kebijakan dalam rangka menghadapi pemanasan global dan perubahan iklim. Beberapa program yang penting untuk dilaksanakan diantaranya: penyusunan strategi dan perencanaan pengembangan infrastruktur (terutama jaringan irigasi), evaluasi tata ruang untuk pengaturan lahan (penyesuaian jenis tanaman dengan daya dukung lahan), pengembangan sistem informasi dan peringatan dini banjir serta kekeringan, penyusunan dan penerapan peraturan perundangan mengenai tata guna lahan dan metode pengelolaan lahan. Serta peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pemahaman tentang perubahan iklim dan penerapan teknologi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Mitigasi adalah upaya memperlambat laju pemanasan global yang diikuti dengan perubahan iklim dunia melalui penurunan emisi gas rumah kaca, atau peningkatan gas-gas rumah kaca. Program ini difokuskan pada aplikasi teknologi rendah emisi, misalnya varietas unggul dan jenis tanaman yang rendah emisi atau kapasitas penyerapan karbon tinggi, penyiapan lahan tanpa bakar, pengembangan dan pemanfaatan bahan bakar hayati, penggunaan pupuk organik, biopestisida, dan pakan ternak yang rendah akan emisi gas rumah kaca. Selain itu, pengurangan penggunaan aerosol (tabung semprot), menghemat air dan energi, dan mendaur ulang barang-barang. (Herdiani, 2012).
Adaptasi merupakan upaya penyesuaian teknologi, manajemen dan kebijakan di sektor pertanian dengan pemanasan global dan perubahan iklim. Program adaptasi difokuskan pada aplikasi teknologi adaptif, terutama pada tanaman pangan. Misalnya penyesuaian pola tanam, penggunaan varietas unggul adaptif terhadap kekeringan, genangan atau banjir, kadar garam yang terlarut dalam air (salinitas), serta penganekaragaman pertanian, teknologi pengelolaan lahan, pupuk, air, dan lain-lain. Teknologi adaptasi yang dikembangkan dalam menghadapi perubahan iklim terhadap pertumbuhan tanaman adalah penerapan kalender tanam (pola tanam yang berdasarkan pola curah hujan dan ketersediaan air irigasi), penanaman varietas unggul baru yang adaptif, teknologi pengelolaan sumber daya air atau teknologi yang dapat mengidentifikasi potensi ketersediaan air, tenologi irigasi, serta teknologi pengelolaan sumber daya lahan/tanah seperti pemupukan. (Herdiani, 2012)

 

BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1.      Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata di permukaan bumi akibat peningkatan emisi gas-gas rumah kaca. Efek rumah kaca merupakan peristiwa terperangkapnya radiasi inframerah dari permukaan bumi oleh gas rumah kaca, sehingga suhu di bumi menghangat dan bumi dapat didiami oleh makhluk hidup. Akan tetapi, jika terjadi secara berlebihan tanpa dibarengi dengan penyerapannya, akan menimbulkan kenaikan suhu secara global. Pemanasan global akan diikuti dengan perubahan iklim yang berdampak buruk bagi pertumbuhan tanaman.
2.      Iklim merupakan rata-rata cuaca di suatu wilayah yang relatif luas dan diamati dalam waktu yang lama. Iklim memiliki pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan tanaman. Misalnya dalam beberapa proses metabolisme tanaman seperti bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi.
3.      Pemanasan global yang diikuti dengan perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Perubahan iklim adalah terjadinya perubahan kondisi atmosfer, seperti suhu, dan cuaca dalam waktu yang lama. Misalnya, (1) berubahnya pola curah hujan, (2) meningkatnya intensitas kejadian anomali iklim seperti El-Nino dan La-Nina, dan (3) Naiknya suhu udara yang berdampak terhadap unsur iklim lain.
4.      Akibat dari pengaruh pemanasan global yang diikuti dengan perubahan iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, maka diberikan strategi-strategi untuk meminimalkan kerugian dalam bertanam. Strategi-strategi tersebut adalah (1) antisipasi, (2) mitigasi, dan (3) adaptasi.

B.     Saran
Dari kesimpulan tersebut, maka penulis mencoba mengajukan beberapa saran, sebagai berikut:
1.      Guru dapat menjadi fasilitator yang baik untuk mengenalkan tentang pemanasan global yang akan diikuti oleh perubahan iklim dunia.
2.      Siswa dapat lebih aktif dalam menggali dan mempelajari tentang pemanasan global dan perubahan iklim, baik akibat dan dampaknya.
3.      Pemerintah dan media dapat menjadi fasilitator yang baik dalam pemberitaan mengenai perubahan cuaca dan iklim di berbagai daerah, sehingga dapat mengantisipasi bencana-bencana yang mungkin akan terjadi, sehingga dapat mengurangi kegagalan panen.
4.      Masyarakat lebih mempelajari mengenai strategi-strategi AMA (Antisipasi, Mitigasi dan Adaptasi) dan menerapkannya di kehidupan sehari-hari.










DAFTAR PUSTAKA

Ani Rufaida, S. S. 2013. Fisika Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam untuk
SMA/MA XI. Surakarta : Mediatama

Anonim. 2013. Anomali Bumi Terus Terjadi

Anonim. 2012. Dekade Kritis Aksi Perubahan Iklim.

Anonim. 2013. Laporan IPCC Mengenai Perubahan Iklim.
http://www.hijauku.com/2013/09/28/laporan-ipcc-kini-saatnya-beraksi/, diakses pada 9 April 2017

Anonim. 2017. 2016 Pecahkan Rekor Tahun Terpanas.

Anonim. 2015. Pengertian Pemanasan Global.

Arini, dkk. 2011. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2.
http://journals.ums.ac.id, diakses pada 11 April 2017

Bambang. 2008. Seribu Pena Biologi SMP Kelas VII Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga

Elvina. 2012. Upaya Mengatasi Dampak Perubahan Iklim di Sektor

Magfira. 2011. Dampak Perubahan Iklim Bagi Pertumbuhan

Rafaida, Anis Dyah. 2011. Mengenal Cuaca dan Iklim. Klaten: Cempaka Putih

Rahmi. 2013. Iklim Merupakan Pembatas Utama dalam Pertumbuhan
dan Produksi Tumbuhan. http://02061967.blogspot.co.id/, diakses pada 10 April 2017

Risky. 2012. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pertumbuhan

Suktiyono. 2009. IPA Biologi SMP dan MTs Jilid. Jakarta : Esis.

Sri Hayati, dkk. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial Geografi untuk SMP
dan MTs Kelas VII. Jakarta : Esis

Sri Hayati, dkk. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial Geografi untuk SMP
dan MTs Kelas VIII. Jakarta : Esis

Sri Sulasti. 2012. Bilingual Science: Physics for Junior High School Grade IX.
Jakarta: Penerbit Erlangga

Waidatin. 2016. Makalah Pemanasan Global.
           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar