BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Global
warming atau yang sering dikenal
dengan istilah pemanasan global, merupakan suatu masalah yang banyak menjadi pemberitaan
hangat melalui media massa, baik cetak maupun elektronik tentang peristiwa alam
yang sering terjadi. Peristiwa tersebut terjadi hampir di seluruh wilayah NKRI,
bahkan di belahan dunia.
Pemanasan
global adalah peningkatan suhu atau temperatur
rata-rata di permukaan bumi sebagai dampak dari efek rumah kaca. Pada tahun
1966, IPCC (Intergovermental Panel on
Climate Change) atau Panel Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim menyatakan
bahwa suhu rata-rata Bumi telah meningkat 0,3 hingga 0,6°C,
dan permukaan laut naik 10 hingga 25 cm selama beberapa tahun terakhir.
Peningkatan suhu inilah yang disebut dengan pemanasan global.
Salah satu penyebab pemanasan global
adalah banyaknya perindustrian yang berdiri di berbagai negara. Di mana, pada zaman
modern dengan teknologi yang canggih, banyak dijumpai industri-industri yang
bergerak di berbagai bidang. Industri yang bergerak dalam skala besar maupun kecil
tersebut dijadikan sebagai penyangga ekonomi terbesar bagi rakyatnya. Pada dasarnya,
industry memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perekonomian dunia yang
selalu mengalami perubahan.
Contohnya adalah Indonesia, dengan adanya
perindustrian skala kecil maupun besar, kiranya dapat menjadi penopang ekonomi bagi
rakyat, serta dapat mengurangi jumlah pengangguran dan kemiskinan. Selain hal itu,
juga
terdapat dampak negative dari banyaknya
perindustrian yang berdiri hampir di seluruh dunia, yaitu terjadinya pencemaran air, udara, tanah, ataupun suara.
Seperti keadaansekarang, kegiatan
industri yang
didominasi oleh pabrik-pabrik
besar yang berproduksi setiap hari dengan sisa hasil pembakaran bahan bakar fosil
berupa gas-gas seperti CO2, dan NO2 yang menimbulkan dampak
yang besar terhadap perubahan iklim dunia.
Gas karbondioksida (CO2) yang
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil misalnya minyak bumi, menjadi penyumbang
terbesar terjadinya pencemaran udara. Sekitar 50% gas CO2 yang
dilepaskan
dari hasil pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dapat menyebabkan
perubahan iklim dunia yang ekstrim.
Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC), yaitu sebuah
kelompok peneliti yang mengamati tentang hal yang berkaitan dengan perubahan iklim
menyatakan bahwa manusia merupakan ‘penyebab dominan’ pemanasan global yang
terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini akan menimbulkan berbagai dampak
negatif bagi makhluk hidup di muka bumi.
Sesuai dengan yang telah dipaparkan di
atas, makalah ini akan membahas mengenai pemanasan global. Mulai dari mekanisme
efek rumah kaca, hingga dampak dan solusi pencegahan yang dapat dilakukan.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dari karya tulis ini adalah:
1.
Bagaimana pengaruh berkembangnya sektor industri terhadap
pemanasan global?
2.
Bagaimana dampak adanya pemanasan global terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia?
3.
Bagaimana
solusi untuk meminimalkan pemanasan global?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengaruh sektor industri terhadap
pemanasan global.
2.
Untuk mengetahui dampak pemanasan global terhadap
lingkungan dan kesehatanmanusia.
3.
Untuk mengetahui solusi untuk meminimalisir pemanasan
global.
1.4 Manfaat Penulisan
Kiranya
penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan pemanasan global, dapat
dijadikan sebagai himbauan, masukan, dan kesadaran kepada masyarakat modern
akan pentingnya menjaga bumi dan lingkungannya dari berbagai dampak yang
ditimbulkan oleh adanya pemanasan global. Serta, dapat menerapkan solusi-solusi
yang diberikan di dalam kehidupan sehari-hari.
PEMBAHASAN
2.1 Sektor Industri dan Pemanasan Global
Dewasa ini dunia sedang
marak membicarakan isu perubahan iklim yang terjadi di bumi. Perubahan iklim di dunia sejalan dengan
pemanasan global yang terjadi akibat adanya aktivitas manusia di seluruh dunia. Aktivitas manusia yang paling dominan adalah
kegiatan industri. Kegiatan industri merupakan salah satu penyebab utama
pemanasan global, karena kegiatan industri merupakan salah satu pemasok gas
karbon dioksida sisa hasil pembakaran bahan bakar fosil ke udara yang terbesar
dan lambat laun akan berdampak dan akan merusak lapisan ozon yang merupakan
lapisan pelindung bumi dari paparan sinar ultraviolet.
Perkembangan sektor industri di berbagai dunia
seperti banyaknya program prioritas yang dilakukan pemerintah untuk lebih
mengembangkan dunia industri. Secara ekonomi, dengan adanya perkembangan di
dunia industri, dapat terbukanya lapangan pekerjaan, sehingga terpenuhinya
kebutuhan masyarakat. Lambat laun tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran
akan berkurang.
Namun, dibalik itu, dapat membahayakan kondisi bumi
akibat perubahan iklim yang drastis. Banyaknya pencemaran udara, air, tanah
ataupun suara sebagai akses negatif dari proses produksi. Lahan pertanian atau
hutan-hutan semakin berkurang untuk pembangunan pabrik. Hal ini akan mengurangi persediaan oksigen
dan semakin banyaknya gas karbon dioksida yang
terkumpul di atmosfer. Sehingga memicu perubahan iklim dan cuaca yang
pada akhirnya akan merujuk pada pemanasan global.
Selain itu, hujan asam yang timbul akibat adanya
pencemaran dari gas-gas beracun yang tersebar di udara oleh pabrik-pabrik
tersebut dapat merusak tanaman dan tanah, sehingga hasil yang didapat kurang
baik bahkan sangat tidak bagus jika dikonsumsi oleh manusia.
Pemanasan global adalah kenaikan suhu permukaan bumi
yang disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida dan gas-gas lain yang
dikenal sebagai gas rumah kaca yang menyelimuti bumi dan memerangkap panas.
Kenaikan suhu ini dapat menimbulkan berbagai dampak terhadap lingkungan an
kelangsungan makhluk hidup di bumi.
2.2 Mekanisme Pemanasan Global oleh Gas Rumah Kaca
Dalam laporan oleh
panel iklim PBB, meyakini bahwa manusia adalah ‘penyebab dominan’ pemanasan
global yang terjadi sejak tahun 1950an. Hal ini dibuktikan dengan bukti-bukti fisik
di balik perubahan iklim. Pemanasan global terjadi sebagai dampak dari efek rumah
kaca (greenhouse effect).
Pada awalnya, matahari memancarkan
gelombang pendek seperti sinar ultraviolet (Sinar UV) dan cahaya tampak,
sedangkan sumber dingin memancarkan gelombang panjang, yaitu sinar inframerah
(sinar IM).
Kaca merupakan benda transparan
yang dapat ditembus oleh cahaya tampak, tetapi tidak dapat ditembus oleh
ultraviolet dan inframerah. Kaca bertindak seperti katup satu arah. Kaca meloloskan
cahaya tampak untuk masuk, tetapi menahan
sinar inframerah, sehingga sinar inframerah tidak dapat keluar. Di dalam rumah kaca, sinar ultraviolet masuk melalui
atap kaca dan diserap oleh tanah dan tumbuhan di dalamnya. Ketika tanah dan tumbuhan
memancarkan sinar inframerah, energy sinar inframerah tersebut tidak dapat keluar
melalui kaca. Akibatnya, sinar inframerah terperangkap di dalam rumah kaca,
sehingga rumah kaca tetap hangat dan tumbuhan dapat hidup di dalamnya. Proses
pemanasan inilah yang disebut dengan efek rumah kaca.
Atmosfer bumi memiliki gas-gas yang bekerja seperti rumah kaca,
misalnya karbondioksida (CO2), klorofluorokarbon
(CFC), metana (CH4), dan nitrogen oksida (NO2). Gas-gas
tersebut disebut gas rumah kaca, karena meloloskan sinar matahari untuk masuk ke
atmosfer tetapi menahan energi inframerah yang dilepaskan kembali oleh permukaan
bumi.
Jadi, gas rumah kaca tersebut
akan menyerap dan memancarkan sebagian besar sinar inframerah kembali ke permukaan
bumi. Hal ini yang menyebabkan radiasi inframerah tidak dapat meninggalkan
bumi, sehingga menghangatkan Bumi. Efek rumah kaca ini menguntungkan, karena tanpa efek
rumah kaca ini, suhu rata-rata bumi adalah -18°C. Jika suhu bumi serendah ini, bumi tidak dapat didiami
oleh makhluk hidup. Sehingga dengan adanya efek rumah kaca bumi menjadi lebih
hangat, dan dapat didiami oleh makhluk hidup.
Akan tetapi, akibat jumlah gas rumah kaca yang berlebih di atmosfer,
gas-gas tersebut akan menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang
dipancarkan Bumi secara berulang-ulang, akibatnya panas tersebut akan tersimpan
di permukaan bumi. Hal ini dapat menyebabkan
suhu rata-rata di Bumi terus meningkat, sehingga menimbulkan perubahan iklim
yang memicu pemanasan global.
2.3
Dampak Pemanasan
Global
A.
Terhadap Lingkungan
Pemanasan global memiliki dampak yang nyata terhadap lingkungan. Selain
dapat menyebabkan suhu bumi meningkat, pemanasan global juga dapat mengubah
iklim dunia, yang selanjutnya akan mempengaruhi kehidupan makhluk hidup di
bumi. Beberapa dampak pemanasan global terhadap lingkungan adalah sebagai
berikut.
·
Es di Kutub Utara (Artik) dan di Kutub Selatan
(Antartika) mencair sehingga menyebabkan permukaan laut naik. Keanikan ini akan
menyebabkan daerah-daerah pantai dan daerah dataran rendah akan tergenang.
·
Kenaikan suhu akan mengubah curah hujan dan aliran air.
Perubahan ini akan mempengaruhi distribusi sumber air dunia sehingga
mempengaruhi sistem pertanian yang bergantung pada sungai. Contohnya, kenaikan suhu
bumi sebesar 2°C
akan mengurangi curah hujan sebesar 10% di daerah pertanian dapat mengurangi
aliran sungai sampai 50% atau lebih. Kurangnya hujan akan menyebabkan sawah
mengering. Sementara itu, di tempat yang memiliki curah hujan yang sangat
tinggi akan meningkatkan aliran sungai yang dapat menyebabkan banjir.
·
Naiknya
suhu akibat efek rumah kaca yang berlebih dapat menyebabkan beberapa hewan dan
tumbuhan tidak dapat bertahan hidup. Sehingga ditakutkan akan mengancam
ekosistem laut.
·
Perubahan
pola iklim dan cuaca, antara lain:
1)
Angin
topan terjadi lebih sering dan lebih kuat karena suhu lautan lebih tinggi.
2)
Pergeseran
pada jalur badai siklon dalam skala besar, yang akan membawa dampak distribusi
hujan dan terjadi badai-badai yang hebat, termasuk tornado.
3)
Meningkatnya
gelombang panas dan musim kemarau. Sehingga banyak terjadinya kebakaran.
Maraknya kebakaran hutan akan menimbulkan kekeringan dan juga kabut asap.
B.
Terhadap Kesehatan
Manusia
Selain berdampak terhadap
lingkungan, pemanasan global juga berdampak terhadap kesehatan manusia. Berikut
ini merupakan beberapa contoh yang menunjukkan bahwa suhu bumi yang semakin
meningkat dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
·
Suhu yang lebih panas akan meningkatkan angka kematian.
Contohnya, semakin banyak orang yang terkena serangan jantung. Hal ini
dikarenakan karena jantung harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan suhu
tubuh tetap dingin pada cuaca yang panas.
·
Keletihan dan beberapa masalah pernapasan meningkat.
Contohnya, pada bulan Juli 1995 lebih dari 700 orang meninggal di Chicago,
Amerika Serikat, karena gelombang panas yang suhunya lebih dari 32°C pada siang dan malam hari. Kasus lainnya terjadi pada
musim panas Eropa pada tahun 2003, dimana tercatat sekitar 35.000 orang
meninggal dunia.
·
Suhu
udara yang tinggi meningkatkan konsentrasi ozon pada level tanah, yang dapat
melukai jaringan paru-paru. Meningkatnya suhu bumi akan semakin meningkatkan
insidensi penyakit alergi (hipersensitivitas)
karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, sporamoid, dan serbuk
sari tanaman. Selain alergi juga memungkinkan banyaknya penyakit pernapasan,
seperti asma.
·
Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis
semakin meluas dan kemungkinan dapat berpindah tempat ke daerah yang dulunya
dingin dan subtropis. Membuat meratanya
penyakit tertentu di seluruh dunia, misalnya penyakit malaria, demam berdarah
(DBD), dan ensefalitis.
·
Meningkatnya suhu bumi akan meningkatkan risiko
terjadinya kematian akibat stress panas (heatstroke)
pada manusia. Seperti pada kasus musim haji di Saudi Arabia yang kebetulan
bersamaan dengan terjadinya musim panas di wilayah benua Afrika.
·
Munculnya berbagai penyakit baru yag tidak diketahui
sebelumnya dan belum ada obatnya, seperti SARS, aviant influenza (flu burung), aviant
malaria, berbagai macam flu yang mematikan, atau bahkan Ebola. Jika
berbagai wabah penyakit ini muncul secara mendadak seperti yang terjadi pada
tahun 1918 saat influenza muncul di
dunia, sekitar 40 juta orang meninggal. Dengan demikian populasi penduduk dunia
terancam punah, apalagi di era globalisasi dimana orang dapat berpindah atau
bermigrasi dari satu negara ke negara lainnya tanpa mengenal ruang dan waktu,
maka penyebaran berbagai wabah penyakit akan semakin sulit untuk dikendalikan.
Selain
paparan di atas, National Institues of
Health (NIH) telah menguraikan kategori konsekuensi dari perubahan iklim
bagi kesehatan manusia. Beberapa penyakit yang ditimbulkan dari efek pemanasan
global ini adalah asma, penyakit pernapasan, kanker, penyakit kardiovaskular, stroke, penyakit bawaan makanan dan
gizi, penyakit saraf, penyakit zoonosis
(infeksi yang ditularkan antara hewan vertebrata dan manusia atau sebaliknya),
penyakit yang ditularkan melalui air, dan pernyataan tentang suatu penyakit
terkait cuaca.
2.4 Solusi dalam Meminimalkan Pemanasan Global
Pemanasan
global sangat berdampak bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, banyak dampak yang ditimbulkan akibat
pemanasan global. Pemanasan global dapat diminimalkan dari manusia itu sendiri
sebagai pelestari alam. Keberhasilan solusi pemanasan global tidak terlepas
dari peraturan dan regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah dalam mengurangi
dampak pemanasan global. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi dampak pemanasan
global.
2.3.1
Konservasi atau
Pelestarian Lingkungan
Konservasi atau pelestarian
lingkungan, dengan melakukan penanaman pohon kembali (reboisasi) dan
penghijauan di lahan-lahan kritis. Tumbuhan hijau memiliki peran dalam proses
fotosintesis, dalam proses ini tumbuhan memerlukan karbondioksida dan
menghasilkan oksigen. Sehingga akumulasi gas-gas karbon dioksida di atmosfer
dapat dikurangi.
2.3.2
Mengurangi
Penggunaan Energi Bahan Bakar Fosil
Penggunaan energi bahan bakar fosil menghasilkan gas emisi yang dapat
meningkatkan efek rumah kaca, seperti CO2. Jika hal ini terus-menerus dilakukan
dalam jangka panjang akan berdampak pada atmosfer bumi dan juga kesehatan
manusia. Penggunaan ini dapat dikurangi dengan mengganti sumber energi dengan
sumber energi alternatif yang lebih aman dari emisi gas-gas rumah kaca.
Misalnya energi matahari, air, angin, bioenergi, dan energi geothermal. Di
harapkan, pada daerah tropis yang kaya akan energi matahari muncul teknologi
yang mampu menerapkan energi ini. Misalnya dengan mobil tenaga surya, atau
listrik tenaga surya.
2.3.3
Hemat Listrik
Eenergi listrik yang digunakan sebagian besar adalah
hasil pembakaran dari minyak bumi dan batu bara, dimana hasil pembakaran
tersebut akan menghasilkan gas-gas rumah kaca. Apabila terjadinya pemborosan
listrik, penggunaan pembangkit listrik akan selalu meningkat. Penggunaan
pembangkit listrik bahan bakar fosil membuat semakin banyaknya pelepasan
gas-gas rumah kaca yang akan meningkatkan peningkatan suhu dunia. Oleh karena
itu, perlu lebih diterapkan konsep hemat listrik. Karena masih banyak
pemborosan listrik. Misalnyamenyalanya lampu-lampu jalan pada siang hari, air
yang dibiarkan menyala walaupun sudah penuh, lampu rumah yang menyala walaupun
tidak ada penghuninya, dan lain-lain.
2.3.4
Cerdas dalam
Berkendara
Penggunaan
bahan bakar dapat menyebabkan polusi atau pencemaran udara. Hasil dari penggunaan
bahan bakar seperti gas karbon dioksida dan
gas karbon monoksida dapat membahayakan kesehatan, serta dapat meningkatkan
gejala pemanasan global akibat efek rumah kaca. Hal ini juga dipengaruhi oleh semakin
banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang tidak dibarengi dengan infrastrukur jalan,
sehingga bukan hanya polusi udara yang berdampak kepada pemanasan global,
kemacetan juga terjadi. Oleh karena itu, sebagai pengguna jalan harus bisa
menjadi pengendara yang cerdas. Jika, Anda memiliki kantor atau sekolah yang
dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau bersepeda, maka itu lebih baik
dilakukan dengan jalan kaki atau bersepeda. Hal itu dapat mengurangi kemacetan
dan polusi udara. Dianjurkan juga untuk bepergian dengan transportasi massal
atau angkutan umum. Selain dapat mengurangi kemacetan serta polusi udara, juga dapat menunjang perekonomian.
2.3.5
Peran Pendidikan
dalam Memberikan Pemahaman dan Penerapan Prinsip-Prinsip.
a.
Peran manusia
Manusia dapat berperan sebagai pengguna, perusak dan juga
pelestari alam. Manusia harus diberi kesadaran akan pentingnya alam bagi
kehidupannya. Alam memiliki keterbatasan dibanding kemampuan manusia dalam
mengeksploatasi alam. Manusia memanfaatkan alam guna memperoleh sumber makanan
dan kebutuhan sosial lainnya. Akan tetapi, disadari atau tidak, tindakannya
dapat berakibat fatal bagi kerusakan
faktor-faktor ekologis. Oleh karena itu, manusia harus menyadari bahwa ia dan
perilakunya adalah bagian dari alam yang saling mempengaruhi.
b.
Penegakan hukum
Pelanggaran atas tindakan manusia yang merusak lingkungan
harus mendapat ganjaran yang setimpal. Penegakan hukum lingkungan menjadi
bagian yang penting guna menjaga kelestarian lingkungan, dan memberi efek jera
bagi yang melanggar. Penegakan hukum juga diharuskan tidak memandang strata sosial
masyarakat yang bersangkutan. Bagi yang memiliki pemahanan yang lebih baik
terhadap lingkungan hidup (berpendidikan) hendaknya dapat memberi contoh dan
sikap yang baik kepada masyarakat. Misalnya, kasus aparat pemerintah dibalik
kerusakan hutan dengan memberikan modal maupun perlindungan bagi perusak hutan.
Oleh karena itu, hukum harus ditegakkan tanpa adanya ‘pandang bulu’.
c.
Keterpaduan
Seluruh elemen masyarakat harus mendukung upaya
pelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Upaya ini harus dilakukan secara
komprehensif dan lintas sektor. Misalnya, untuk mengatasi emisi gas-gas rumah
kaca akibat peningkatan jumlah kendaraan di Kota Jakarta, harus diatasi secara
bersama dengan daerah sekitarnya, seperti Kota Bogor, Depok, Bekasi, dan
Tanggerang. Karena pekerja yang menggunakan kendaraan bermotor setiap harinya
masuk ke Kota Jakarta bermukim di kota tersebut. Kasus lain seperti, kasus mengatasi
banjir di Gorontalo. Hal tersebut tidak dapat diatasi dengan perbaikan
fasilitas lingkungan dan membinma kesadaran penduduk kota saja, tetapi secara
menyeluruh dengan masyarakat di wilayah lain seperti di daerah hulu dan daerah
aliran air (DAS) yang memberi kontribusi besar terhadap bencana banjir.
Masyarakat dan pemerintah daerah terdekat seperti Kabupaten Bone Bolango dan
Kabupaten Gorontalo juga turut
bertanggung jawab dalam upaya penanggulangan banjir di Kota Gorontalo.
d.
Mengubah pola pikir
dan sikap
Sikap dan perilaku manusia terhadap alam cepat atau
lambat dapat memberi dampak terhadap lingkungannya. Peduli terhadap lingkungan
pada dasarnya merupakan sikap dan perilaku bawaan manusia. Akan tetapi
munculnya ketidakpedulian terhadap lingkungan merupakan pikiran atau persepsi
yang berbeda-beda ketika manusia berhadapan dengan masalah lingkungan.
Sehingga, sikap itulah yang seharusnya diubah. Manusia harus memandang bahwa
dirinya adalah bagian dari unsur ekosistem dan lingkungannya. Naluri untuk mempertahankan
hidup akan memberi motivasi bagi manusia untuk melestarikan ekosistem dan
lingkungannya.
e.
Etika lingkungan
Apapun pemahaman kita tentang lingkungan hidup dan sumber
daya, kita harus bersikap dan berperilaku bijaksana dalam kehidupan. Dalam
wujud budaya tradisional, kearifan lokal melahrikan etika dan norma kehidupan
masyarakat dalam memanfaatkan budaya
yang memiliki etika dan nilai moral terhadap lingkungan alamnya. Maka,
konservasi sumber daya alam dan lingkungan menjadi hal yang mutlak. Dalam kehidupan
masyarakat yang demikian, hal tersebut akan menjadi pola hidup dan budaya yang
dipelihara oleh setiap generasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas,
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
a.
Pemanasan global adalah peningkatan suhu atau temperatur
rata-rata di permukaan bumi sebagai dampak dari efek rumah kaca. efek rumah
kaca adalah peristiwa terperangkapnya radiasi inframerah dari permukaan Bumi
oleh gas rumah kaca (CO2, CFC, CH4, NO2)
sehingga suhu bumi memanas. Efek rumah kaca memiliki manfaat bagi makhluk hidup
di Bumi, namun jika terjadi secara berlebihan dapat menaikkan suhu udara secara
global sehingga dapat mengubah pola iklim dunia.
b.
Sekitar 50% gas CO2 yang dilepaskan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil,
seperti minyak bumi dapat menyebabkan perubahan iklim dunia yang ekstrim.
c.
Pemanasan global sangat berdampak terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia. Contoh: adanya perubahan pola iklim dan cuaca menyebabkan
meningkatnya gelombang panas dan musim kemarau sehingga banyak terjadinya
kebakaran yang akan akan
menimbulkan kekeringan dan juga kabut asap. Dampak dari kabut asap tersebut
dapat membahayakan kesehatan manusia, seperti penyakit pernapasan, asma, hingga
meninggal dunia.
d.
Akibat
dari sangat berdampaknya pemanasan global terhadap kehidupan bumi dan makhluk
hidup, solusi-solusi diberikan untuk meminimalisir dampak pemanasan global.
3.2
Saran
Dari kesimpulan tersebut, maka penulis mencoba mengajukan
beberapa saran, sebagai berikut:
a.
Kiranya
sebagai manusia yang memiliki pemahaman yang lebih baik (berpendidikan) dapat
memberi contoh atau pendoman yang baik kepada yang masyarakat lainnya. Bukan malah
sebaliknya.
b.
Sebagai
aparat penegakan hukum, dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Tidak pandang
bulu terhadap siapapun. Dapat memberikan hukuman yang sesuai dengan
perbuatannya.
c.
Sebagai
makhluk sosial yang notebenenya
tinggal satu negara, satu kota, satu daerah, seharusnya sama-sama membangun
daerah tersebut menjadi lebih baik dan lebih maju agar tercipta kesejahteraan
sosial antar rakyatnya.
d.
Kiranya,
guru dapat menjadi fasililator yang baik untuk mengenalkan
tentang pemanasan global, menyadarkan bahwa pemanasan global sangat berdampak
bagi kehidupan dan juga menjadi pedoman atau contoh yang baik bagi siswanya.
Untuk siswa, diharapkan dapat lebih aktif dalam mengenal dan menggali tentang
pemanasan global serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ani
Rufaida, S. S. 2013. Fisika Peminatan
Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam untuk
SMA/MA XI.
Surakarta : Mediatama
Anonim. 2013. Anomali
Bumi Terus Terjadi
Anonim. 2012. Dekade
Kritis Aksi Perubahan Iklim.
Anonim. 2013. Laporan
IPCC Mengenai Perubahan Iklim.
http://www.hijauku.com/2013/09/28/laporan-ipcc-kini-saatnya-beraksi/,
diakses pada 9 April 2017
Anonim. 2017. 2016
Pecahkan Rekor Tahun Terpanas.
Anonim.
2015. Pengertian Pemanasan Global.
Arini, dkk. 2011. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2.
Bambang.
2008. Seribu Pena Biologi SMP Kelas VII
Jilid 1. Jakarta:
Penerbit
Erlangga
Elvina. 2012. Upaya
Mengatasi Dampak Perubahan Iklim di Sektor
Magfira. 2011. Dampak
Perubahan Iklim Bagi Pertumbuhan
Rafaida,
Anis Dyah. 2011. Mengenal Cuaca dan Iklim.
Klaten: Cempaka Putih
Rahmi. 2013. Iklim
Merupakan Pembatas Utama dalam Pertumbuhan
Risky. 2012. Dampak
Perubahan Iklim Terhadap Pertumbuhan
Suktiyono.
2009. IPA Biologi SMP dan MTs Jilid.
Jakarta : Esis.
Sri Hayati, dkk. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial Geografi untuk SMP
dan
MTs Kelas VII. Jakarta : Esis
Sri Hayati, dkk. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial Geografi untuk SMP
dan
MTs Kelas VIII. Jakarta : Esis
Sri
Sulasti. 2012. Bilingual Science: Physics
for Junior High School Grade IX.
Jakarta:
Penerbit Erlangga
Waidatin. 2016. Makalah
Pemanasan Global.