Pertama kali aku melihatmu, aku
bagaikan terpana oleh sosok Kakak.
Dari jauh aku menatapmu lekat, tanpa
Kakak sadari.
Dengan kacamata berbingkai hitam
yang Kakak pakai.
Cara kakak berbicara pada saat
berbaur dengan teman-teman Kakak.
Cara kakak bernyanyi.
Pada saat kakak kebingungan menjawab,
‘untuk apa?’
Aku berharap, Kakak tidak
mengenalku. Hanya biarkan, Kakak hanya tau namaku saja.
Ketika melihat Kakak, aku
bertanya-tanya, ‘Siapakah dirinya?’
Satu hal yang saat itu ada dipikiranku.
‘Sepertinya Kakak itu orang yang baik dan asik.’
Jujur, aku tidak bisa berkata-kata romantis
layaknya lelaki buaya yang sedang jatuh cinta.
Aku tidak bisa mengekspresikan
bagaimana rasanya jatuh cinta, karena aku belum pernah merasakannya. Dan pada saat
masa putih–abu-abu ini, aku merasakannya.
Detak rasa suka yang mulai
mengembang.
Detak jantung yang berdentum keras.
Dan ratusan volt yang seperti
mengalir di seluruh tubuhku.
Aku telah di buat gemetar oleh
Kakak.
Seluruh gengsi ini telahku buang,
untuk menulis dan mengirim surat ini untuk Kakak.
Dan juga, untuk bertanya, siapa nama
Kakak.
Demi Kakak seorang, yang menjadi
motivasiku untuk selalu berbahagia dan tersenyum lebar.
Demi Kakak yang tidak mengenalku....
Demi tugas yang diberikan OSIS SMAN2
tercinta....
Aku rela melakukan apapun yang masih
diatas kewajaran.
Inilah surat yang bisa kuberikan
untuk Kakak.
Mohon maaf, jika ada kata-kata yang
kurang sopan ataupun tidak romantis.
Karena aku juga manusia yang bisa
salah dan banyak kekurangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar