Kamis, 29 November 2018

Curahan Hati

Kita berbeda.

Kita diciptakan Tuhan berbeda, namun pada porsinya masing-masing. 
Kita diberikan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tergantung bagaimana kita menonjolkan diri kita. 
Apakah kita menonjolkan kelebihan ataukah kekurangan kita?
Namun, disisi lain, kita juga berbeda. Mungkin dari perbedaan ini bisa membuat kita bersatu, namun bisa juga membuat hal itu terpecah belah dan tidak akur.

Kita berbeda. Dan itulah yang membuatku takut. Takut bahwa kita tidak akan berakhir bersama. Kita tidak bisa melewatinya dengan baik sesuai dengan ekspetasi kita.

Bukankan sudah sering muncul kata-kata, Realita tidak seindah ekspetasi.

Tentu saja 99% manusia berkata bahwa itu adalah benar adanya. Dan aku takut bahwa itu akan terjadi. Merusak segala ekspetasi dengan realita bahwa kita tidak mungkin untuk bersama dan bersatu.

Bukan tidak ingin, tapi hal itu begitu sulit.
Butuh waktu.
Butuh kekuatan lebih.
Yang ‘sama’ saja terkadang sulit untuk menyamakan. Apalagi yang ‘beda’? Bukankah sudah jelas?

Ya, mungkin ini adalah salahku yang membuat semua ini sudah terjadi dan masih berlanjut. Aku tidak tahu hal ini akan terjadi sampai kapan. Aku hanya berdoa, dan selalu berdoa, semua ini akan baik-baik saja. Diawali dengan baik-baik, maka harus bisa diakhiri dengan baik pula. Endingnya bagaimana, akupun tidak tahu bagaimana… dan kapan hal ini akan berakhir.

Aku –mungkin terlalu egois baginya. Ketika dia lelah dengan pekerjaannya, kerjaanku hanyalah menginginkan bahwa dia selalu ada untukku. Tidah memahami bahwa memang dia sibuk. Aku selalu menunggunya, menunggu dengan ketidakpastian apakah dia akan respon dengan cepat atau tidak. Namun, sering kali hal ini mendapatkan zonk. Apa yang kita harapkan tidak melulu langsung terjadi.

Bukan dia yang berubah. Tapi aku yang berubah.

Bukan dia yang egois. Tapi aku yang egois.

Bukan dia yang tidak perhatian. Tapi aku yang tidak perhatian terhadapnya.

Bukan dia yang tidak sayang. Tapi aku yang terlalu sayang –sehingga aku terlalu overthinking yang jatuhnya adalah negative thinking.

Bukan dia yang salah. Tapi aku yang salah. Sangat salah bahwa akulah yang memulai hal ini.

Bukan dia yang tidak sabar. Tapi akulah yang tidak sabar. Selalu menginginkannya dengan instan.

Bukan dia yang jahat. Tapi aku lah yang membuatnya terlihat jahat.

Maaf.
Semuanya adalah keegoisanku.

Dia hanya terlalu sabar. Dia hanya terlalu baik.  Sampai aku luluh kembali… dan jatuh pada lingkaran cinta lagi.

Lagi… aku merasakan kegalauan hati.
Namun kali ini, bedanya, adalah aku yang jahat.
Aku tidak tahu harus berkata apa lagi.
Maaf, kalau aku terlalu egois dan jahat. Hanya memikirkan diriku sendiri. Maaf.

Aku terlalu takut bahwa aku akan mengecewakanmu, dengan segala harapmu.

Doaku yang terbaik selalu besertamu. Semoga engkau selalu diberi kemudahan dalam melakukan segala kegiatanmu. Do the best, and I wish you all the best too. I believe that everything is gonna be alright. Not today, but eventually. Because good things take time, right?

D-3 to your day. Enjoy the moments, sayangku. Semangat! :)
God bless us... and God bless our relationship –or special friendship? :) 

29 November 2018
Palangkaraya, 8:06PM

Egois

Maaf, aku mungkin terlalu egois. Hanya mementingkan diriku sendiri. Hanya memikirkan diriku sendiri. Tidak bisa mengerti dan tidak bisa memahami dirimu. Maaf sekali lagi.

Aku sadar, aku terlalu egois.
Aku terlalu mementingkan diriku sendiri.
Kamu mungkin udah melakukan yang terbaik, tapi yang terjadi berulang kali adalah aku yang egois.

Mungkin bukan kamu yang berubah. Tapi aku yang berubah. Kamu selalu seperti itu, tapi perasaanku yang berubah. Aku terkadang lupa perihal bahwa bahagia selalu mendatangkan kesedihan... kegalauan hati. Karena keduanya menjadi satu paket.

Selalu begini. Labil menguasai diri. Egois menguasai sikap. Maaf. Maaf. Maaf.

Aku ingin pergi tapi aku tidak bisa. Aku ingin mempertahankan tapi aku juga tidak bisa. Lalu aku harus apa?

Seharusnya kita tidak pernah begini. Seharusnya kamu pergi saja waktu aku cuek.
Seharusnya kamu pergi ssja waktu aku marah-marah dan ngambek gak jelas.
Kenapa kamu tidak pergi ketika aku memintamu tidak pergi?? Kenapa kamu harus patuh? Kenapa kamu harus baik? Kenapa kamu nggak ninggalin aku yang egois ini?

Aku tidak sekalipun perhatian terhadap kamu. Aku selalu memikirkan tentang diriku saja. Ketika kamu sibuk, yang aku inginkan darimu adalah respon yang cepat. Tanpa tahu, bahwa kamu sibuk. Entah kamu benar sibuk atau bagaimana. Aku berusaha percaya. Tapi semua itu tidak bertahan lama. Kepercayaan itu tiba-tiba hilang. Aku bingung. Maaf.

Emang ternyata, lebih enak ditinggalkan daripada meninggalkan. Lebih cepat untuk moveon ketika ditinggalkan.

....

Maaf. Aku terlalu egois untukmu :((
Aku takut mengecewakanmu.
Aku takut kamu tidak bahagia.
Aku takut semua terjadi tidak sesuai dengan rencana yang ada.
Aku... terlalu takut untuk jatuh lebih dalam. Realita tidak pernah seindah ekspetasi.

29 November 2018
Palangka Raya, 0:43 WIB

Senin, 26 November 2018

Cemas

Hari ini, adalah tanggal 26 November 2018. Dimana tinggal 6 hari lagi menuju tanggal 3 Desember. Artinya, bentar lagi aku dengan dia akan bersiap menghadapi kerenggangan hubungan kami. Dia sibuk menghadapi kewajibannya sebagai mahasiswa akhir, yaitu mengikuti kegiatan magang. Ya, gimana lagi, itu berarti dia akan sibuk dengan kehidupannya di dunia nyata. Sedih? Jelas! Cemas? Sangat!!

Aku sangat cemas mempertanyakan bagaimana hubungan kami kedepannya jika kami sama-sama sibuk. Yang biasanya saja hubungan kami bisa diterpa oleh masalah, ditambah hal seperti ini. Benar-benar menguji kesabaran.

Yah, semoga kedepannya kami bisa sama-sama menghadapinya. Terlebih-lebih, untukku sih. Karena, sikapku yang masih labil membuat semua yang mudah bisa ku persulit. Ya sudah lah. Apa boleh buat. Semua toh akan terjadi.

Kepalaku sangat pusing hari ini, memikirkan teman-teman kelompok yang terkena enaknya karena tau beres semua yang protes dengan harga kumpulan uang. Tapi, ya terserah. Kalau orang yang tahu diri, yah pasti nggak mungkin banyak bacot. Sudah dapat nilai tinggi, masih banyak alasan. Haha. Lucu.

Aku tidak akan banyak bacot hari ini, hanya ingin menyampaikan kepusinganku hari ini haha. Sampai jumpa dilain waktu.

Aku hanya berharap dan berdoa yang terbaik untuk kedepannya. Juga, melakukan yang terbaik. Apapun hasilnya nanti, aku percaya, bahwa itu adalah hasil dari rencana Tuhan.

Byebyeee~

26 November 2018
Palangkaraya, 21:47

Rabu, 14 November 2018

Bingung

Sudah masuk 8 bulan sejak pertemuanku dengannya. Bahagia, sedih, senang, marah, jengkel, dan sebagainya sudah kami jalani. Di masa-masa seperti ini, adalah masa yang rentan untuk melanjutkan suatu hubungan. Masa jenuh, istilahnya.

Entah. Mungkin dia yang jenuh dan aku yang perasaannya mulai naik. Perasaannya mungkin sudah mulai luntur, tapi perasaanku baru muncul. Mungkin. Urusan hati tidak pernah ada yang tahu.

Bodoh sekali rasanya. Ketika percaya dengan ramalan zodiak. Bukan, lebih tepatnya adalah mencoba mencari tahu. Karena biasanya 90% ramalan zodiak hampir benar. dan 10% emang ngaco.

Mencoba percaya itu sulit, maka dari itu, ketika kamu dipercayakan seseorang. Pergunakanlah dengan baik, sebab jika kamu menyia-nyiakannya maka akan sulit untuk membangun kepercayaan itu lagi.

Hari ini, aku iseng untuk mencari chat pertama kami. Pertama kali kami bertemu, bertemu di dunia maya, dunia game. Lucu emang, Tuhan selalu punya cara untuk mempertemukan seseorang dalam hidup kita. Aku tidak tahu perasaanku saat ini, tiba-tiba merenung. Tiba-tiba jadi galau. Entahlah, dia makhluk Tuhan yang susah untuk ditebak. Kepribadiannya terkadang manis, terkadang pahit.

Ketika membaca ulang chat pertama kami, yaitu pada tanggal 12 April 2018. Membuat ku berpikir lagi. "Dia. Apakah perlakuannya seperti ini ke semua cewek?" Emang pernah kami membahas sesuatu hal mengenai ini, tapi entahlah, entah dia jujur atau bohong. Dia bilang nggak ada. Oke, aku mencoba untuk percaya.

Aku... sungguh penasaran. Sungguh membuat segala pemikiranku tertuju padanya. Awalnya apa? awalnya sama sekali nggak pernah terpikirkan olehku kalau akan selama ini, sebetah ini, dan merasa seperti ini.

Aku tidak tahu apa tujuan Tuhan mempertemukanku dengannya. Tapi, satu hal yang tahu, pasti ada rencana-Nya yang membuat aku dipertemukan dan mengenal dia. Dia yang selalu membuat moodku naik dengan segala candaannya yang seadanya. Tapi membuat berdebar-debar. Namun, dia juga yang membuat moodku hancur, dengan segala kejutekannya dan dengan segala pribadinya yang tertutup. Seakan-akan dia terpaksa melakukan semua ini. Seakan-akan dia tidak ingin mengetahui dunianya. ---mungkin itu privasinya. Mencoba berpikir positif. Tapi, sampai kapan pikiran positif itu bertahan? Bagaimana jika pikiran positif itu bergantikan dengan pikiran-pikiran negatif?

Mungkin benar, semua butuh proses. Mungkin juga benar, bahwa semua ini adalah rencana Tuhan dan ada tujuan atas hal itu.

Yang kulakukan saat ini adalah, aku mencoba untuk percaya, mencoba untuk menikmatinya. Jika memang segala pemikiran negatifku benar, mungkin jalan satu-satunya adalah hanya pergi dan menghilang.

Akan kita lihat, hubungan ini akan berlanjut apa tidak? Apakah akan ada bulan-bulan berikutnya? Atau bahkan apakah ada tahun pertama? Hehe. Kita tidak tahu. Semua bisa berubah, semua bisa kecewa, semua bisa marah, semua bisa sedih. Semua bisa hilang. Tapi itu semua, pada waktunya masing-masing.

Kita hanya bisa menduga. Hanya bisa menerka, dan mengantisipasi apa yang akan terjadi. Entah dengan kemungkinan terburuk.

14 November 2018
Palangka Raya, 23:27