Minggu, 22 Oktober 2017

Menjadi Diri Sendiri

Bukan kah sudah sering mendengar kutipaan, "be yourself" ?
 Menjadi diri sendiri adalah hal penting dan hal dasar setiap orang. Sering kali orang juga berkata, "jadilah diri sendiri, jangan jadi apa yang dimau oleh orang lain. itu sama saja membohongi diri kalian." menurut aku sendiri itu adalah hal yang benar. Berbohong mengenai pribadi kita merupakan hal yang sulit. Pasti pribadi kita adalah yang dominan. 

Hari ini, aku hampir punya masalah dengan teman sekelasku. Hanya karena perbedaan pendapat. Ini adalah H-5 sebelum bazar diadakan. Sebagai mantan ketua bazar pada saat kelas 2 SMA kemarin, tentu saja aku banyak berbicara, supaya bazar tahun ini berjalan lancar. walaupun bukan aku yang memegang kendali.Sudah di tahun akhir di Sekolah Menengah Atas, dan karena sudah mencicipi menjadi ketua, aku rasa itu hal yang cukup melelahkan karena menguras otak, pikiran, dan tenaga. Tentu saja, tidak mudah menjadi seorang pemimpin yang memimpin anggotanya untuk bersatu dan bekerja sama agar bisa berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya. 

Tapi berhubung, aku dan ketua yang baru terjadi miskomunikasi, akhirnya, kita hampir adu mulut. Jujur saja, aku juga orang yang tipe baperan. Hal itu hampir terjadi melalui via chat group. Dari membahas menu, hingga harga. Mungkin ada poin yang membuat saya salah di sini. Yaitu, aku yang seakan-akan menekan mereka untuk bekerja. Padahal, maksudku hanya bertanya. Dan pahadal juga, aku bukanlah seorang ketua lagi. Salahnya di situ. 

Dan entah kenapa, bawaan diriku yang selalu mengatur orang lain dan menginginkan semua urusan cepat beres dan kelar agar bisa santai kedepannya membuat itu menjadi sifat burukku. Ku akui, tidak semuanya sepemikiran sama diriku. Hanya saja, terkadang kalau kita tidak menyiapkannya matang-matang jauh-jauh hari, takutnya akan kalang kabut sendiri. 

Akhirnya, aku putuskan untuk memberikan saran sebagai mantan ketua. Karena saya sudah cukup malas untuk berkomentar lagi, membuat bentrok, dan juga mungkin, akan membuat pertemanan kami merenggang. 

Kembali lagi ke topik bahasan. Menjadi diri sendiri. Di sini, aku bukan membenarkan sifat dan sikapku. Aku juga secara terbuka untuk minta maaf jika sifat dan sikap ku itu terlalu perfeksionis dan cukup mengatur yang lainnya. Tapi itu dia, kita dilahirkan dari perbedaan gen, sehingga menghasilkan perbedaan karakter dan berujung multikultural. Aku sendiri juga mengerti, mungkin ada yang jengkel dengan sikap itu. Namanya manusia, tidak pernah luput dari kesalahan, bukan? Pasti punya kelebihan dan kelemahan, entah di dalam apapun itu. Itu lah, kita harus saling menghargai dan menghormati. Termasuk pendapat orang lain.

Yah, mungkin ngomongnya gampang. Hormati dan hargai orang lain, pendapat orang lain. Penerapannya tidak semudah yang dibayangkan. Rasa egois kita kadang mendominan. Mau menang sendiri. Itu lah yang menjadi tantangan kita untuk mengontrol diri sendiri. Bagaimana mengontrol emosi, mengontrol segala sesuatunya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Karena hal itu, aku merasa sangat bersalah. Selalu ada rasa tidak enak terhadap orang-orang yang merasa tersinggung dengan sikap dan sifatku yang sudah tidak tahu lagi bagaimana cara mengontrolnya agar tidak merugikan orang lain. Yah...kembali lagi ke setiap orang punya karakter yang berbeda-beda. Mungkin, ada orang yang akan menganggapnya hanya angin lalu. Dan... mungkin ada orang yang akan menganggapnya sebagai suatu masalah yang besar. Itu kembali kepada orangnya masing-masing. Maafkan atas segala kekuranganku yang tidak bisa mengontrol cara bicara, raut wajah atau apapun itu. 

Mungkin aku orangnya pemarah, tapi, bukan pendendam. Aku mencoba untuk selalu memaafkan orang lain, dan meminta maaf kepada orang lain. walaupun terkadang tidak mudah. Karena, kurasa tidak ada gunanya memiliki dendam dengan orang lain. 

Pesan untuk siapapun yang membaca ini, mari kita coba untuk selalu saling menghargai dan menghormati orang lain ya. Entah pendapatnya, entah sikap kita terhadap orang lain, dsb. Jangan menjadi orang yang krisis mental, yang tidak tahu aturan, tidak tahu sopan santun  terhadap orang lain. Jadilah contoh yang baik untuk siapapun. Sehingga damai sejahtera kita dapatkan. 

Eh.. lanjut lagi. Setelah kejadian memberi saran dan meminta maaf kepada temanku ini, aku jadi merasa sedih dan uring-uringan. Bosan dan galau melandaku. Dan aku benci itu. Ketika sudah galau dan bosan seperti itu, mood langsung down dan menjadi malas untuk ngapa-ngapain. Yah, salah satunya nonton drama. Obatnya kalau sudah gitu, harus ada teman chat alias curhat gitu lho... atau tidur. Tapi sayangnya pilihan kedua, tidak bisa diterapkan karena belum ngantuk. 

Dan ketika unmood seperti itu, aku selalu kepikiran orang-orang yang pernah menjadi inspirasi dan pernah mengisi serta memberi warna di hidupku. Ya, bukan berarti sekarang hidupku nggak penuh warna.... Tapi mereka yang 'pernah ikut andil'. Aku merindukan kenangannya. Emang benar, kadang bukan orangnya yang dirindukan, tetapi kenangannya yang begitu bermakna jika kita kehilangan momen itu.:( Jadi, jangan sia-siakan orang yang hadir di hidup kalian ya. Tapi bukan berarti harus bergantung sama mereka. Jadikan aura-aura positif mereka menjadi inspirasi kamu, motivasi untuk kamu. Dan... kalian harus siap dengan kemungkinan mereka akan hilang. Karena, tidak semuanya orang-orang itu akan selalu hadir menemani kamu sampai akhir hayatmu.

Karena itu, jangan terlalu bergantung. Karena kalau sudah gitu, yang sakit kamunya. Karena hilang sandaran hidup ataupun hilang inspirasi atau motivasi kamu. Semoga kalian yang baca, nangkep apa yang aku maksud deh Heehe, aku makin random saja.... Aku tutup ya buat post-an kali ini. Sampai ketemu di post-an berikutnya! :)

Kamis, 21 September 2017

TIPS UNTUK BELAJAR UN SMA

Hai. Kali ini, saya mau berbagi tips untuk kalian semua.
Nah yang akan saya bagikan kali ini adalah.. tips untuk belajar UN alias Ujian Nasional.
Bagi siapapun kalian, entah di kelas 3 SMA, atau kelas 1 atau 2 SMA. Tidak ada salahnya untuk dibaca, dan diterapkan di kehidupan kalian.

Kalau yang namanya belajar UN, harus sedini mungkin. Karena, logikanya gini. UN itu pelajaran dari kelas 1-3 (entah untuk SMP/SMA). Jadi, kalau kalian nerapin sistem kebut semalam atau istilahnya SKS. Itu udah salah banget. Malahan, menurut saya itu nggak efektif sama sekali. Karena kalian belajarnya terburu-buru.Yang namanya belajar, itu harus berkualitas. Maksudnya di sini, walaupun belajar sebentar, tapi paham. Daripada belajar lama-lama, eh ujung-ujungnya nggak ngerti. (masuk kiri, keluar kanan). Ya...sama saja bohong dong! Makanya, untuk mendapat belajar yang berkualitas dan efektif, belajarlah sedini mungkin. Istilahnya, dicicil. Pelan-pelan tapi pasti.

Udah belajar sedini mungkin. juga perlu untuk mengulang contoh soal sebanyak mungkin. Karena, semakin kamu biasa untuk menjawab soal, semakin enak juga menjawab soalnya. Bisa karena biasa, tinggal melatih kecepatan saja. Karena untuk menjawab soal UN juga dibutuhkan waktu untuk persoalnya.

Tips dari saya sih, niatin dulu untuk belajar. Kalau nggak niat ya percuma juga dong. Untuk menambah semangat belajarmu, carilah kelompok belajar yang bisa menumbuhkan semangat belajar kalian. Intinya sih itu aja, sering-sering latih soal, belajar sedini mungkin. Kalau kalian lagi  duduk di kelas tiga, kurang-kurangin kegiatan bermain kalian. Ekskul pun, dikurangin. Lebih fokuslah untuk belajar UN atau SBMPTN.

Karena, ya seperti yang saya bilang tadi. Pelajarannya nggak mudah-mudah. Mau sepintar apapun kamu, kalau tidak telaten, ya menurut saya tetap kurang. Nanti, kalau sudah hasilnya keluar, maka jangan salahkan orang lain jika kamu gagal, dan mendapatkan hasil yang tidak memuaskan. Karena, penyesalan itu selalu datang terakhir!

Kejar, dan raihlah mimpimu setinggi mungkin! :)

Salam sukses.

[REVIEW] VIVA CLEANSER & TONER BENGKUANG

Halo! Kembali lagi ya, bersama diriku...
kalau sebelum-sebelumnya banyak ngepost berbagai macam curhatan, tugas, dll, kali ini, aku pengen buat yang namanya review suatu produk.
Terinspirasi dari pengalaman aku sendiri, untuk mencari review suatu produk di internet. Dan ya, itu lumayan membantu banget, untuk menjadi bahan pertimbangan beli atau nggak..
So... ini dia!

1. VIVA MILK CLEANSER BENGKUANG

Sumber foto: https://reviewjujurnet.blogspot.co.id/2016/07/review-viva-milk-cleanser-face-tonic-bengkuang.html

Berhubung kemasan VIVA milk cleanser punya saya sudah sobek 😂😂. Jadi, saya pakai foto dari sumber lain ya. Oke, jadi, susu pembersih dari VIVA ini punya tekstur yang cukup kental yang bewarna putih. Menurut saya, aromanya juga cukup harum.Claimnya sih, untuk membuat kulit lebih cerah.  Dari saya pribadi yang menggunakan susu pembersih ini, cukup membuat wajah menjadi lebih bersih.Dengan catatan, penggunaannya harus rutin ya!

Kalau saya, mengaplikasikannya dengan tisu atau kapas. Gunain susu pembersihnya secukupnya saja ya, kalau kebanyakan malah kebuang.. Tapi, kalau kedikitan juga, kurang sip. Dikira-kira saja. Setelah itu, tisu atau kapas yang sudah diberikan susu pembersih, diaplikasikan ke wajah. Kemudian, baru di usap perlahan. Baru setelah itu, dibilas dengan menggunakan air bersih, baru lanjutkan dengan menggunakan face wash.  Oh iya, untuk penggunaannya, saya hanya menggunakan di malam hari, sebelum tidur saja.

Jujur saja, awal-awal saya menggunakan produk ini, wajah saya kadang terasa agak panas (ketika menggunakannya). Itu hanya berangsur 1-2 minggu setelah pemakaian pertama. Tapi setelah itu, sudah tidak pernah merasakan panas. Dari yang saya tau, wajah itu menyesuaikan dengan produk yang digunakan. Jadi beri nafas dulu ya, buat wajahnya. Beri kesempatan dulu. Kalau setelah satu bulan penggunaan wajah semakin parah, itu artinya kalian memang tidak cocok dengan produk tersebut. Baru stop pemakaiannya ya.

Belinya dimana? Kosmetik merk VIVA memang sudah banyak tersebar luas. Di toko-toko kosmetik, di minimarket atau supermarket pun biasanya ada. Misalnya di Alfamart, Indomaret, atau Hypermart. Harganya: sekitar Rp 7.000

Review produk: 8,5/10
Beli lagi: mungkin iya, mungkin tidak. Karena saya masih ingin menggunakan susu pembersih dari produk yang lain.


2. VIVA FACE TONIC BENGKUANG


Perlu saya tekankan disini, (bagi yang awam), TONER bukan untuk pembersih ya. Melainkan, lebih ke penyegar. Nah, setelah menggunakan milk cleanser dan facewash, kalian bisa melanjutkan skincare kalian dengan toner. Nah, sebenarnya, apasih fungsi dari toner itu? Jadi, toner itu, fungsinya untuk menyeimbangkan pH di wajah kita. Supaya, wajah kita lebih siap untuk skincare lainnya gitu...

Untuk toner VIVA.. Menurut saya aromanya enak, wangi. Terus cukup menyegarkan wajah. Saya gunain tonernya itu 2x sehari. Pagi setelah mencuci wajah, dan di malam hari, setelah mencuci wajah juga (sebelum tidur).

Harganya juga cukup terjangkau untuk pelajar seperti saya. Waktu itu saya beli dengan harga sekitar 7rb. Barang ini, juga cukup mudah dicari..

Review Produk: 8,5/10
Beli lagi: mungkin iya.. 

Kelebihan 
-Harga terjangkau
-Mudah dicari
-Aromanya wangi
-Tidak mudah tumpah. 

Kekurangan
-Packagingnya kurang menarik (tapi ya sesuai aja sih sama harganya ya)
-masih ada metilparabennya 😭ðŸ˜Ē


Okaiii! Sekian dulu review dari saya. Semoga bermanfaat ya. Perlu diingat, setiap orang punya ciri khas kulit masing-masing ya. Jadi, yang cocok di saya belum tentu cocok di kalian semua. Tapi ya.. nggak salahnya untuk dicoba. Siapa tau cocok, hehe.

Minggu, 03 September 2017

3 Alasan Tidak Bisa Nonton Music Bank



Selamaat pagi, semangat pagi!! Hepi wiken ya!
Tumben sekali ya, ngepost dipagi menjelang siang begini.
Jadi nih, kali ini saya ingin membawa konten baruu mengenai Music Bank in Jakarta 2017!!! 

Hayoooo, siapa yang nggak nonton?? Angkat hatinyaaa! Masih ada nggak hatinya tuh? Hehe. Kalau masih ada ya syukur, kirain udah retak *ehh..
Saya yakin, pasti banyak yang nggak bisa nonton deh. Sama halnya kayak saya nih. Sedih ya… padahal jarang-jarang tuh artis korea konser di sini. Pas ada… malah nggak bisa nonton..

Nah ini nih, beberapa alasan kenapa kita nggak bisa nonton konser-konser para oppa Korea.
1.      Jauh!
Bagi kalian yang tinggal di luar kota Jakarta, mungkin bakal mikir panjang untuk nonton konser. Sudah bayar tiket konsernya, nginep, makan, dan tetek-bengeknya pun masih banyak!

2.      Nggak diijinin.
Sudah jauh, nggak dapat izin dari orang tua pula! Nasib..oh nasib. 

3.      Nggak ada duit!
Tiket konser para oppa muahaaaaal rek! Kadang paling murah bisa 1-2 juta. Itupun dibagian yang berdiri-diri tuh… kan mau juga yaaa yang agak deket ama panggungnya para oppa…. Apalagi untuk para pelajar kayak gueeeeh, yang masih minta uang sama orangtua dan banyak pengeluaran lainnya. Yah intinya, alasan yang paling utama, nomer 3 ini. Apalah arti jauh kalau ada uang. Tiket konser, tiket pesawat, makan, minum, nginep hotel, dan lightstick pun jadi!!! Izin pun mungkin sudah di tangan. Memang ya, the power of money!!! Uang bisa membutakan seseorang… Gapapa lah ya, mungkin bagi yang belum nonton belum rejekinya buat nonton :( terus kapan rejeki buat nontonnya ya? 

Apalah arti seorang fans layar kaca, yang modal kouta doang… hikshiksss…. Weeh, untung nggak ada SuJu. Mungkin kalau ada, w galau dan uring-uringan…. :”( 

Intinya gaiiisss, selalu bersyukur! Mending masih bisa nonton kan… walaupun nggak secara langsung. Hehe. Nabung juga tuh, biar kapan-kapan bisa nonton. Yah kalau saya sih.. nggak munafik. Paling ya duit tabungan habis untuk jajan.. bukan untuk konser wkwkwk. Karena saya masih menerapkan prinsip ekonomi, dengan menggunakan skala prioritas… jadi lebih mentingin yang lebih perlu dong! 

Sekian dulu deh. Selamat hari Minggu! 

Have a blessed day, everyone!
Luv, xoxo.

Sabtu, 02 September 2017

Kasar Part 2



Halo, halo hai. Apa kabar? Semoga dalam keadaan yang baik-baik saja ya! Dalam postingan kali ini saya ingin melanjutkan kisah sebelumnya tentang si pembicara produk X itu. Bagi yang belum baca cerita sebelumnya, bisa klik di sini.
Seperti yang sudah saya katakana sebelumnya. Bahwa itu hanyalah sebagian kecil dari sosialisasi yang kata 5 menit… tapi menghabiskan waktunya 25 menit! Hehe. Sok-sokan bilang 5 menit harus fokus, eh.. taunya juga memakan waktu 25 menit. Ya kalau gitu, mending pembawaannya yang santai aja dong! Santai tapi seru. Menurut saya, itu lebih berkualitas. Kayak sosialisasi-sosialisasi yang ada sebelumnya.
Nah, masuk ke dalam pembahasan saja ya. Saya penasaran banget tentang kelas-kelas lain, yang katanya ‘seru’. Jadilah, saya bertanya dengan teman saya yang di kelas sebelah. “Kalian ada sosialisasi dari produk X itu?” Temen saya jawab ada. Kemudian saya bertanya lagi, “gimana waktu orangnya masuk kemarin? Kalian ada dihina-hina gitu?” Terus temen saya jawab gini, “Iya ada. Masa aku dibilang gendut, bulet.” Kata temenku yang satu. Yang lain ngomen juga, “Aku juga ada. Aku dibilang kecil. Yang lain juga ada.” Itu kata di kelas IPA 2. Terus saya Tanya lagi, “di kelas kalian banyak ya yang bukunya?” Terus mereka jawab, “Awalnya banyak. Eh, nggak tau kenapa, pada banyak yang cancel. Jadi yang beli cuman 2 orang!”
Serupa tuh dengan di kelas saya. Di kelas saya, dari 4 orang yang ngambil itu, jadi 2 orang aja yang ngambil. Yang satu, pada saat itu tiba-tiba tidak masuk karena ada izin. Sedangkan yang satu, memang tidak jadi ngambil.
Di kelas IPA 6 pun sama. Parahnya, kelas mereka dijadikan kelas blacklist oleh si X ini. Katanya, karena pada saat itu, di kelas 12-6 ada yang sedang makan! Padahal… kata oruangnya, boleh-boleh saja, asal masih mendengarkan. Eh, taunya malah ngambek. Dan menjadikan kelas  12-6 jadi kelas yang diblacklist! Parah banget gak sih? Sampai ngeblacklist kelas? Padahal kami, yang notebene nya adalah calon konsumen alias calon pembeli harus diperlakukan sesopan mungkin. Ini malah enggak… niat jualan gak sih? Hehe.
Tugas saya yang seharusnya adalah memberikan uangnya pada saat pulang sekolah, saya alihkan kepada yang lain. Sebenarnya, saya cukup malas untuk berusuan lagi dengan si X ini. Takutnya akan membuat saya lebih sakit hati, dan lebih jengkel. Karena, teman saya ini baik, dan malah menawarkan dirinya untuk mengambil bukunya sendiri (2 orang yang beli buku), jadi ya saya oke-oke sajaa. Janjinya adalah pulang sekolah, dan ngambilnya di warung yang ada di depan sekolah. Dari sini saya sudah mulai aneh. Biasanya, lazimnya.. kalau kita beli buku, pasti dianterin tuh ke kelas. Terus dikasih bukunya, ke kelas masing-masing. Lah ini enggak. Malah di suruh ambil sendiri, ngambilnya bukan di sekolahan lagi! Agak aneh. Dan yang membuatnya lebih aneh, si X ini ngomong, “sistemnya ada uang ada barang. Jadi kalau nggak ada duitnya, nggak dikasih barangnya.” Kan, belum pulang sekolah. Masih siang tuh, sekitar jam setengah 12an. (Pulang sekolah jam 3). Eh, itu orang nyariin. Karena saya malas, dan juga sesuai janji sama temen kalau dia yang nagihin duit, ngasih duitnya, dan ngambil barangnya. Saya akhirnya mencoba untuk menghilang. Masalahnya nih, yang megang duit belum datang. Mereka berdua itu, kebetulan lagi melakukan ibadah. Jadi, ya saya panik. Kan awalnya memang saya yang disuruh buat nagihin uangnya. Eh taunya, tuh orang nagih duluan. Hadeuuuh. Ntar dikira sayanya lagi yang tidak bertanggung jawab. Padahal kan, bukan gitu juga. Akhirnya nunggu dulu tuh yang meawarkan dirinya untuk ngambil bukunya sendiri. Nggak lama, itu si X datang ke kelas, nyariin. Tapi saya minta tolong buat bilangin, bendaharanya lagi nggak ada! Akhirnya temen saya bilangin kalau sayanya nggak ada. Eh, nggak lama, yang temen saya yang nawarin ngambil bukunya sendiri itu balik. Yaudah deh, kelar. Duitnya udah dikasih ke si X. Padahal janjinya ada uang ada barang. Tuh, udah ada duitnya, barangnya kagak ada. Piyeee to…. Php kali.
Setelah dia pergi, temen-temen saya langsung banyak yang ngomen. Rata-rata sih, ngomen yang kasar semua, hehe. Karena kelas kami emang kelas frontal dan jujur. Tapi maaf, frontal dan jujurnya masih tau batas. Temen saya berdua tiba-tiba datang, terus ngomong gini, “Tau lah. Kami tadi ketemu sama yang mulutnya kasar tuh. Itu orang mau ngerjain kami.. Masa dianya bilang ‘eh Dek, uangnya jatuh’, padahal nggak ada uang yang jatuh. Kayak ada feeling kuat kalau tuh orang bohong, jadi kami berdua nggak ada melihat ke bawah. Kami gin bilang, ‘Eh maaf ya, nggak bisa dibohongin. Kasihan deh lo, gagal ngelawak. Dasar nggak lucu!”
Saya tertawa mendengarnya. Mereka berdua yang kena ‘hina’ dari si X. yang satu dikomen gara-gara kipas angin, yang satu ditanya bahasa inggrisnya kutu. Sebenarnya ada kejadian-kejadian lainnya lagi sih. Tapi, kayaknya itu cukup kami-kami saja yang tau hehe. Kami sekelas memang baru kali ini aja yang bener-bener kesal dan cukup benci sama orang. Sebelumnya, mana pernah kami sampai segini emosinya. Sama guru yang bikin kesal pun, masih bisa ditoleransi. Lah ini… kayaknya sudah nggak bisa untuk ditolelir lagi.
Ngomong-ngomong bukunya memang bener tintah biru. Tapi nggak tau tuh ya, memang beneran pecah ya kalau di fotocopy? Niatnya mau nyoba fotocopy 1 lembar dari bukunya. Membuktikan bener nggak sih, pakai kertas khusus?? Bukunya cukup tipis dan kurang lengkap untuk harga 120rb. Jadi saya pikir CUKUP MAHAL. Mending beli buku rumus-rumus matematika SMA deh. Mungkin lebih lengkap, dan lebih murah. Nggak makan hati lagi! Paling banter ya makan hati ama mbak-mbak yang ngikutin kita kalau belanja. Seakan-akan kita mau maling aja.
Intinya ya, menurut saya itu bukan masalah wataknya yang kasar dan frontal. Ini lebih ke cara masing-masing untuk mengontrol sikapnya. Sikap bagaimana mensosialisasikan ke orang. Bagaimana sikap sopan terhadap orang lain? Bagaimana bisa menjadi contoh yang baik bagi orang. Bukan malah menyombongakan dirinya. Bukan malah menghina fisik orang lain. Bukan malah nyuuh seenaknya saja. Berpikir bahwa semua orang adalah teman dekatnya, itu merupakan hal yang salah. Teman yang dekat pun, kadang bisa jengkel kalau dihina-hina fisiknya. Apalagi yang BARU PERTAMA KALI KETEMU. Atau, sementang sudah tua, jadi seenaknya aja ngehina orang? Saya rasa, ini bukan masalah umur. Malah seharusnya umur yang lebih tua, lebih terlihat dewasanya. MASA KALAH SAMA ANAK SMA YANG KATANYA OTAK KALKULATOR??????
Maaf kalau ada kata yang buat tersinggung. Saya hanya meluapkan perasaan saya. Siapa tau akan viral. Terus tersadar tuh orang yang dimaksud. Untuk lembaga yang dimaksud, saya kurang jelas apa dan dimananya. Karena, sekali lagi, orangnya berbicara SANGAT CEPAT. Namanya pun saya tidak ingat jelas. Saya dan teman-teman sempat berpikir bahwa mungkin saja kami terkena hipnotisnya, makanya kami tidak dapat melawan wkwk. Makanya, mereka dengan mudahnya mendapatkan izin masuk buat sosialisasi. Menurut kami ya, kami bukan bilang kalau kami memang benar di hipno atau tidak.
Intinya… selalu membawa hal-hal baik dengan orang lain. Setidaknya..buat kesan yang baik di mata orang lain. Jangan jadikan watak sebagai penghalang untuk sopan deh!

Selasa, 29 Agustus 2017

Kasar Part 1

Pernah dengar tentang istilah 'kalau mau dihargai, cobalah untuk menghargai oranglain terlebih dahulu.' ? Saya kira hal itu sudah lazim untuk didengar bukan? Dan saya pikir, bahwa hal itu benar adanya. Bukan maksud apa-apa. Bukan maksud untuk menghina dan lain-lain. Tapi, apakah seorang pembicara untuk sosialisasi produk X yang katanya berasal dari Jakarta, dan katanya lagi, alumnus dari IT*, dan sekarang melanjutkan sekolahnya di U*, serta pernah menjadi peserta sekaligus pemenang dalam olimpiade tingkat internasional di Jepan*. Apakah wajar untuk menghina fisik seseorang?
Saya pikir itu hina. Tidak ada sopan santunnya sama sekali! Pertama kali masuk ke kelas saya, yang memang pada saat itu adalah jam kosong, dan kami pergunakan untuk latihan drama untuk pelajaran Bahasa Indonesia, tiba-tiba orang ini masuk dengan sombong. Yang paling saya ingat adalah, “Kok kayak gini kelas 12nya?” Emangnya mau gimana kelas 12nya? Mau sok-sokan fokus belajar UN? Hellow, kami pun masih mempunyai banyak tugas yang harus dikerjakan sebelum fokus UN. Lagipula, posisi kami saat itu adalah geladi kotor untuk menampilkan drama dengan memanfaatkan waktu jam kosong, yang dilanjutkan dengan istirahat.
Sesudah ketika orang itu masuk dan memperkenalkan diri dengan bicara yang sangat cepat karena orang itu hanya diberi waktu 5 menit. (KATANYA. Faktanya ya lebih dari 5 menit.) Dalam memperkenalkan diri, orang itu sering sekali bilang “Perhatikan ke depan. Masukan dan simpan segala materi pembelajaran sebelumnya.” Logikanya adalah. Waktu itu jam istirahat. Wajar dong, ada yang makan dan ada yang minum? Lah teman saya yang minum itu, langsung ditegur. Sudah 2 poin yang buat saya MAKIN tidak menyukai pembawaan si pembicara.
Akhirnya, teman kami mengalah untuk cepat-cepat meminum minumannya. Si pembicara mulai bicara lagi. Eh, ada pergerakan lagi dari teman saya. Entah apa yang dilakukannya, sehingga si pembicara ngomong, “Eh gentong ….,” Apakah pantas ngomong seperti itu? Yah, walaupun teman saya ini tubuhnya memang gempal. 3 Poin.
Si pembicara ngomong lagi, terus dijeda lagi. Teman saya yang lain kena lagi. Dia ngomong apa gitu, tapi ada embel-embel gendutnya. Saya pikir bukan hal yang pantas untuk seorang pembicara yang sekali masuk ke kelas untuk berbicara seperti itu. Tidak berkelas. Eh, si pembicara ngomen lagi tentang teman saya yang lagi ngipas di depan kipas angin. “Nggak masuk angin lu di depan kipas gitu?” Loh, suka-suka temen gue dong! Kenapa ngurus banget?? Ada beberapa orang pembicara sosialisasi juga yang datang ke kelas, tapi tidak sampai segitunya. Ramah tamah, kalem, enak untuk didenger, jadi kami yang di kelas juga semangat untuk mendengarnya. LAAAH BEDA DENGAN YANG INI. Dari awal masuk sudah bikin kesal eh makin lama malah menghina fisik orang. Gak punya sopan santun? Bukan maksudnya membanding-bandingin orang lain ya… tapi menurut saya memang sudah kelewat batas.
Masuk lah si pembicara ini ke dalam hitung-hitungan matematika. Kebetulan dia ini mempromosikan produk buku + kaset matematika, makanya pengantarnya ngasih soal matematika gitu. Temen sebangku saya yang ditunjuknya. Majulah temen saya ini, terus kebetulan ada guru yang mau masuk, akhirnya si pembicara itu keluar dari kelas. Hal ini dimanfaatin temen saya yang maju untuk nanya jawaban. Dijawablah sama temen saya yang lain pake kalkulator. Masuklah si pembicara dan bertanya, darimana jawabannya itu. Awalnya saya diem, karena yang lain juga diem. Nah si pembicara nanya lagi. Yaudahlah, saya keluarkan sifat nyolot saya. “Hitung pake kalkulator.” Saya jawab. Kebetulannya saya duduk di depan. Jadi dengerlah si pembicara itu. Terus si pembicara ini bilang, “kok saya merasa dibohongi.” Akhirnya dibahasnya lah soalnya dengan SECEPAT KILAT. Ngerti aja kagak. Mungkin udah keburu jengkel kali ya, jadi bawaannya emosi. Terus akhirnya dia nanya tuh dari ujung. Kan saya duduk  di depan dan posisinya itu nomer 3 dari ujung. Dia nanya, “17x18 berapa?” ga dijawab tuh. Dia nanya lagi ke sebelahnya, “16x17 berapa?” bingung kan, namanya juga anak SMA (bukan saya membela dari balik SMA, tapi ya namanya kami diajarkan menggunakan manual, ya mau ga mau harus hitung manual. Tapi ini orang maunya jawab dengan secepat kilat. Emangnya dia pikir otak kami ini otak kalkulator? Otak manusia juga punya batasnya kali! Katakanlah dia pinter mtk, belom tentu tuh, otaknya sama pinternya kayak dia -_-.) Dan singkat cerita, dia nanya ke saya. Dia lihat nametag yang ada di seragam, terus dia bilang, “Natasya, 17x12 berapa?” Saya diem. Muka saya itu sudaaah masam-masamnya. Terus dia nanya lagi, “ayo jawab.” Seakan-akan kayak memaksa, yaudah, saya keluarin tuh kalkulator saya. Terus saya nyolot, “Yaudah sini aku jawab. 17x12? Nah, kuhitungkan!” Saya tau, sikap saya di sini juga salah. Secara dia lebih tua dari saya. Tapi gimana ya? Saya bukan membenarkan. Mungkin karena dia merasa ‘diundang sama sekolah’, jadi semena-mena gitu ya? Setidaknya lah, ramah sedikit, paling gak lah, jangan menghina! Saya paling kesal ketika menghina kelas saya, dan membandingkannya dengan kelas yang lain. “Kelas ini kok beda ya dengan kelas IPA 1 dan IPA 2?” terus temen saya ada jawab, “Iya, kelas kami unik.” Terus di jawab lagi, “BUKAN UNIK, TAPI GAK JELAS.”
Nggak lama kemudian, dia ada bilang lagi, “Tadi nggak sesuai janji sih, saya harusnya sama Bapak F, tapi karena Bapak F lagi berhalangan, makanya saya sendiri. Jadinya gini deh. Mungkin akan saya laporkan kelas ini ke Bapaknya.”
Helloooow. Apanya yang dilaporkan?!?! Terserah lah mau dilaporin ke kepsek sekalipun. Sikapnya juga yang salah! Seandainya awal masuk sopan dan nggak menghina-hina gitu, mungkin kami juga akan segan dan hormat. Lah, masalahnya dia yang ngundang buat gak enak.
Saya jadi heran, alasan sekolah ngundang kayak begituan untuk apa sih? Sarana untuk menyombongkan dirinya yang pinter matematika itu???
Intinya sih, jadi orang tuh kalau mau dihargai, coba menghargai orang lain dulu. Kalau orang sopan dan hormat sama kita, nggak mungkin kitanya berlaku semena-mena. Bukan gila hormat, dan lain-lain. Tapi dari sini nih, memang kerasa gimana kalau nggak dihormatin. Dihina fisiknya gitu. Dikira fisiknya sudah sempurna?!
Sebenarnya, selain dari itu ada lagi. Seperti dia bilang kalau bahasa inggris itu penting. Kami pun juga tau kalau bahasa inggris itu penting. TAPI CARA PENYAMPAIANNYA ITU. Masa dia bilang, “Kamu pasti gak tau deh bahasa inggrisnya kutu.” Hubungannya sama produk & pelajaran itu apa??
Sekali lagi, saya bukan maksud untuk menghina. Tapi ini adalah luapan hati saya yang teramat kesal. Mungkin sifat dan watak manusia beda-beda. Tapi setidaknya… tau di mana dia berbicara. Ya kalau dengan temannya, its okay lah. Ini masalahnya, di depan siswa SMA. Orang biasanya ngajarin yang baik-baik. Ini malah ngajarin berbicara kasar.
Udahlah, dibahas bagaimanapun udah terjadi. Kesan pertama yang buruk. Makanya, kalau mau kesan pertamanya baik, jangan berperilaku yang gak baik. Memang benar, bahwa kesan pertama sangatlah penting. Kayak gini nih. Kesan pertamanya aja udah buruk. Kedepannya jadi males.

Sabtu, 12 Agustus 2017

KRONOLOGIS KERUSUHAN MEI 1998 & URAIANNYA



Tugas Kelompok

            Anda telah menyimak berbagai kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Tugas Anda sekarang adalah mencari contoh kasus pelanggaran HAM. Berikan uraian tentang kategori pelanggaran HAM yang terjadi berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut.
1.      Apabila kasus pelanggaran HAM tersebut termasuk pelanggaran HAM berat? Sertakan alasannya!
2.      Tuliskan kategori pelanggaran HAM berat dalam kasus tersebut, jika kasus tersebut merupakan kasus pelanggaran HAM berat!
3.      Tentukan pengadilan yang berhak mengadili kasus pelanggaran HAM tersebut!
4.      Bagaimana seharusnya pemerintah menyikapi maraknya pelanggaran HAM di Indonesia? 

Jawab:

Kasus Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta

Peristiwa kerusuhan Mei 1998 diawali oleh krisis financial Asia dan dipicu oleh tragedy Trisakti dimana, 4 mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Peristwa Mei 1998 merupakan suatu gerakan reformasi di Indonesia yang dilatarbelakangi oleh berbagai faktor (faktor politik, sosial dan ekonomi).
Dari faktor politik, kronologi gerakan reformasi ini diawali dengan adanya sidang umum MPR pada bulan Maret 1998, yang memilih Soeharto dan B.J. Habibie sebagai presiden dan wakil presiden RI untuk masa jabatan 1998-2003. Soeharto kemudian membentuk dan melantik Kabinet Pembangunan VII, yang mana cabinet tersebut sarat akan kolusi dan nepotisme. Ditambah juga dengan terjadinya krisis moneter pada saat itu, maka pada bulan Mei 1998, para mahasiswa mulai bergerak untuk menggelar demonstrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut penurunan harga barang-barang kebutuhan (sembako), penghapusan KKN, dan juga menuntut pengunduran Soeharto dari kursi Presiden.
Sehingga pada tanggal 12 Mei 1998, para mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta menggelar unjuk rasa. Dalam aksi unjuk rasa tersebut telah terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan empat orang mahasiswa yang bernama Elang Mulia Lesmana, Hery Hartanto, Hafidhin A. Royan, dan Henriawan Sie, tertembak hingga tewas, dan puluhan mahasiswa lainnya mengalami luka-luka. Kematian empat mahasiswa tersebut membuat semangat para mahasiswa dan kalangan kampus untuk menggelar demonstrasi secara besar-besaran. Hal ini berlanjut pada tanggal 13 dan 14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya. Pada saat itu, terjadi kerusuhan missal dan penjarahan, sehingga kegiatan masyarakat menjadi terhambat. Dalam peristiwa itu, puluhan toko tersebut dibakar, sehingga ratusan orang mati terbakar.
Tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya berhasil menduduki gedung MPR/DPR. Pada saat itu juga, kurang dari satu juta manusia berkumpul di alun-alun utara Keraton Yogyakarta untuk menghadiri pisowanan agung, untuk mendengarkan maklumat dari Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam VII, yang mana inti dari maklumat tersebut adalah ‘anjuran kepada seluruh masyarakat untuk menggalang persatuan dan kesatuan bangsa’ dan ‘anjuran agar Presiden Soeharto mengundurkan diri.’
            Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundang tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat untuk dimintai pertimbangan dalam rangka pembentukan Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden Soeharto. Puncaknya terjadi pada tanggal 21 Mei 1998,  pukul 10.00 di Istana Negara. Presiden Soeharto meletakkan jabatannya sebagai Presiden RI, di hadapan ketua dan beberapa anggota Mahkamah Agung.
            Pada kerusuhan ini, banyak toko dan perusahaan dihancurkan oleh amuk massa, terutama milik warga Indonesia yang keturunan Tionghoa. Dan juga, terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut. Sebagian bahkan diperkosa beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh. Akibatnya, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia.
Uraian:
Kasus dalam berita tersebut termasuk pelanggaran HAM berat. Kasus Kerusuhan Mei 1998 memenuhi unsur-unsur pelanggaran HAM berat, karena kasus tersebut memenuhi criteria, genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Yang mana, yang dimaksud dengan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan dan/atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelomok bangsa, ras, kelompok etnik, kelompok agama, dengan cara-cara seperti:
1.      Membunuh anggota kelompok.
2.      Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok.
3.      Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik, baik secara keseluruhan maupun sebagian.
4.      Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok.
5.      Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
Serta, memenuhi criteria kejahatan terhadap kemanusiaan, yang mana, yang dimaksud dengan kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan. Serangan tersebut dapat bersifat luas, atau sistematik yang ditujukan secara langsung kepada penduduk sipil, dalam bentuk:
1.      Pembunuhan; pemusnahan dan perbudakan.
2.      Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa.
3.      Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar asas-asas ketentuan pokok hokum internasional.
4.      Penyiksaan.
5.      Pemerkosaanm perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, atau bentuk-bentuk kekerasan seksual.
6.      Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnik, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hokum internasional.
7.      Penghilangan orang secara paksa.
8.      Kejahatan apartheid yaitu sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh suatu pemerintahan dengan tujuan untuk melindungi hak-hak istimewa dari suatu ras atau bangsa.

Kasus ini dapat diselesaikan melalui pengadilan HAM Ad-Hoc, karena kasus ini terjadi sebelum Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 diundangkan. Dalam menyikapi pelanggaran HAM yang marak terjadi di Indonesia, pemerintah dapat melakukan berbagai upaya, baik pencegahan (preventif), maupun represif (penindakan). Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan mengsosialisasikan sikap sadar hokum melalui seminar-seminar kepatuhan hokum. Sedangkan, upaya represif atau penindakan dapat dilakukan dengan peradilan HAM yang jujur, tegas, dan adil. Pemerintah dan masyarakat sudah seharusnya untuk saling bahu-membahu dalam pemberantasan pelanggaran HAM sebagai upaya penegakan HAM.