Halo,
halo hai. Apa kabar? Semoga dalam keadaan yang baik-baik saja ya! Dalam
postingan kali ini saya ingin melanjutkan kisah sebelumnya tentang si pembicara
produk X itu. Bagi yang belum baca cerita sebelumnya, bisa klik di sini.
Seperti
yang sudah saya katakana sebelumnya. Bahwa itu hanyalah sebagian kecil dari
sosialisasi yang kata 5 menit… tapi menghabiskan waktunya 25 menit! Hehe. Sok-sokan
bilang 5 menit harus fokus, eh.. taunya juga memakan waktu 25 menit. Ya kalau
gitu, mending pembawaannya yang santai aja dong! Santai tapi seru. Menurut
saya, itu lebih berkualitas. Kayak sosialisasi-sosialisasi yang ada sebelumnya.
Nah,
masuk ke dalam pembahasan saja ya. Saya penasaran banget tentang kelas-kelas
lain, yang katanya ‘seru’. Jadilah, saya bertanya dengan teman saya yang di
kelas sebelah. “Kalian ada sosialisasi dari produk X itu?” Temen saya jawab
ada. Kemudian saya bertanya lagi, “gimana waktu orangnya masuk kemarin? Kalian
ada dihina-hina gitu?” Terus temen saya jawab gini, “Iya ada. Masa aku dibilang
gendut, bulet.” Kata temenku yang satu. Yang lain ngomen juga, “Aku juga ada.
Aku dibilang kecil. Yang lain juga ada.” Itu kata di kelas IPA 2. Terus saya Tanya
lagi, “di kelas kalian banyak ya yang bukunya?” Terus mereka jawab, “Awalnya
banyak. Eh, nggak tau kenapa, pada banyak yang cancel. Jadi yang beli cuman 2
orang!”
Serupa
tuh dengan di kelas saya. Di kelas saya, dari 4 orang yang ngambil itu, jadi 2
orang aja yang ngambil. Yang satu, pada saat itu tiba-tiba tidak masuk karena
ada izin. Sedangkan yang satu, memang tidak jadi ngambil.
Di
kelas IPA 6 pun sama. Parahnya, kelas mereka dijadikan kelas blacklist oleh si
X ini. Katanya, karena pada saat itu, di kelas 12-6 ada yang sedang makan!
Padahal… kata oruangnya, boleh-boleh saja, asal masih mendengarkan. Eh, taunya
malah ngambek. Dan menjadikan kelas 12-6
jadi kelas yang diblacklist! Parah banget gak sih? Sampai ngeblacklist kelas?
Padahal kami, yang notebene nya adalah calon konsumen alias calon pembeli harus
diperlakukan sesopan mungkin. Ini malah enggak… niat jualan gak sih? Hehe.
Tugas
saya yang seharusnya adalah memberikan uangnya pada saat pulang sekolah, saya
alihkan kepada yang lain. Sebenarnya, saya cukup malas untuk berusuan lagi
dengan si X ini. Takutnya akan membuat saya lebih sakit hati, dan lebih
jengkel. Karena, teman saya ini baik, dan malah menawarkan dirinya untuk
mengambil bukunya sendiri (2 orang yang beli buku), jadi ya saya oke-oke sajaa.
Janjinya adalah pulang sekolah, dan ngambilnya di warung yang ada di depan
sekolah. Dari sini saya sudah mulai aneh. Biasanya, lazimnya.. kalau kita beli
buku, pasti dianterin tuh ke kelas. Terus dikasih bukunya, ke kelas
masing-masing. Lah ini enggak. Malah di suruh ambil sendiri, ngambilnya bukan di
sekolahan lagi! Agak aneh. Dan yang membuatnya lebih aneh, si X ini ngomong, “sistemnya
ada uang ada barang. Jadi kalau nggak ada duitnya, nggak dikasih barangnya.” Kan,
belum pulang sekolah. Masih siang tuh, sekitar jam setengah 12an. (Pulang
sekolah jam 3). Eh, itu orang nyariin. Karena saya malas, dan juga sesuai janji
sama temen kalau dia yang nagihin duit, ngasih duitnya, dan ngambil barangnya.
Saya akhirnya mencoba untuk menghilang. Masalahnya nih, yang megang duit belum
datang. Mereka berdua itu, kebetulan lagi melakukan ibadah. Jadi, ya saya panik.
Kan awalnya memang saya yang disuruh buat nagihin uangnya. Eh taunya, tuh orang
nagih duluan. Hadeuuuh. Ntar dikira sayanya lagi yang tidak bertanggung jawab. Padahal
kan, bukan gitu juga. Akhirnya nunggu dulu tuh yang meawarkan dirinya untuk
ngambil bukunya sendiri. Nggak lama, itu si X datang ke kelas, nyariin. Tapi
saya minta tolong buat bilangin, bendaharanya lagi nggak ada! Akhirnya temen
saya bilangin kalau sayanya nggak ada. Eh, nggak lama, yang temen saya yang
nawarin ngambil bukunya sendiri itu balik. Yaudah deh, kelar. Duitnya udah
dikasih ke si X. Padahal janjinya ada uang ada barang. Tuh, udah ada duitnya,
barangnya kagak ada. Piyeee to…. Php kali.
Setelah
dia pergi, temen-temen saya langsung banyak yang ngomen. Rata-rata sih, ngomen
yang kasar semua, hehe. Karena kelas kami emang kelas frontal dan jujur. Tapi
maaf, frontal dan jujurnya masih tau batas. Temen saya berdua tiba-tiba datang,
terus ngomong gini, “Tau lah. Kami tadi ketemu sama yang mulutnya kasar tuh.
Itu orang mau ngerjain kami.. Masa dianya bilang ‘eh Dek, uangnya jatuh’,
padahal nggak ada uang yang jatuh. Kayak ada feeling kuat kalau tuh orang
bohong, jadi kami berdua nggak ada melihat ke bawah. Kami gin bilang, ‘Eh maaf
ya, nggak bisa dibohongin. Kasihan deh lo, gagal ngelawak. Dasar nggak lucu!”
Saya
tertawa mendengarnya. Mereka berdua yang kena ‘hina’ dari si X. yang satu
dikomen gara-gara kipas angin, yang satu ditanya bahasa inggrisnya kutu. Sebenarnya
ada kejadian-kejadian lainnya lagi sih. Tapi, kayaknya itu cukup kami-kami saja
yang tau hehe. Kami sekelas memang baru kali ini aja yang bener-bener kesal dan
cukup benci sama orang. Sebelumnya, mana pernah kami sampai segini emosinya.
Sama guru yang bikin kesal pun, masih bisa ditoleransi. Lah ini… kayaknya sudah
nggak bisa untuk ditolelir lagi.
Ngomong-ngomong
bukunya memang bener tintah biru. Tapi nggak tau tuh ya, memang beneran pecah
ya kalau di fotocopy? Niatnya mau nyoba fotocopy 1 lembar dari bukunya.
Membuktikan bener nggak sih, pakai kertas khusus?? Bukunya cukup tipis dan
kurang lengkap untuk harga 120rb. Jadi saya pikir CUKUP MAHAL. Mending beli
buku rumus-rumus matematika SMA deh. Mungkin lebih lengkap, dan lebih murah.
Nggak makan hati lagi! Paling banter ya makan hati ama mbak-mbak yang ngikutin
kita kalau belanja. Seakan-akan kita mau maling aja.
Intinya
ya, menurut saya itu bukan masalah wataknya yang kasar dan frontal. Ini lebih
ke cara masing-masing untuk mengontrol sikapnya. Sikap bagaimana
mensosialisasikan ke orang. Bagaimana sikap sopan terhadap orang lain?
Bagaimana bisa menjadi contoh yang baik bagi orang. Bukan malah menyombongakan
dirinya. Bukan malah menghina fisik orang lain. Bukan malah nyuuh seenaknya
saja. Berpikir bahwa semua orang adalah teman dekatnya, itu merupakan hal yang
salah. Teman yang dekat pun, kadang bisa jengkel kalau dihina-hina fisiknya.
Apalagi yang BARU PERTAMA KALI KETEMU. Atau, sementang sudah tua, jadi
seenaknya aja ngehina orang? Saya rasa, ini bukan masalah umur. Malah
seharusnya umur yang lebih tua, lebih terlihat dewasanya. MASA KALAH SAMA ANAK
SMA YANG KATANYA OTAK KALKULATOR??????
Maaf
kalau ada kata yang buat tersinggung. Saya hanya meluapkan perasaan saya. Siapa
tau akan viral. Terus tersadar tuh orang yang dimaksud. Untuk lembaga yang
dimaksud, saya kurang jelas apa dan dimananya. Karena, sekali lagi, orangnya
berbicara SANGAT CEPAT. Namanya pun saya tidak ingat jelas. Saya dan
teman-teman sempat berpikir bahwa mungkin saja kami terkena hipnotisnya,
makanya kami tidak dapat melawan wkwk. Makanya, mereka dengan mudahnya mendapatkan
izin masuk buat sosialisasi. Menurut kami ya, kami bukan bilang kalau kami
memang benar di hipno atau tidak.
Intinya…
selalu membawa hal-hal baik dengan orang lain. Setidaknya..buat kesan yang baik
di mata orang lain. Jangan jadikan watak sebagai penghalang untuk sopan deh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar