[ADEGAN 1 – Rumah Ibu Malin]
Narator : Di suatu desa
hiduplah anak laki-laki bersama dengan ibunya. Hidupnya sengsara dan miskin.
Anak itu bernama Malin. Malin sangat disayang ibunya karna sejak kecil, Malin
sudah di tinggal mati oleh ayahnya. Ketika Malin sudah tumbuh dewasa, ia mulai
berpikir untuk merubah kehidupan ekonomi keluarganya.
Ibu : Malin, datang ke
sini nak. Bantu ibu membawa kayu bakar ini.
Malin : Ya ibu, tunggu
sebentar (Malin membantu ibunya). Ibu, berapa lama kita akan bertahan dengan
kondisi seperti ini? Aku ingin merubah kehidupan ekonomi kita ini, Bu.
Ibu : Entahlah, ibu
tidak tau Malin, kita harus bersabar dan jangan berhenti berdoa kepada Tuhan.
Malin : Ibu, aku punya
ide. Biarkan aku pergi untuk mengubah nasib keluarga kita.
Ibu : Hah?! (terkejut).
Pergi kemana Nak?
Malin : Tadi, ketika
aku sedang dipasar, ada seorang saudagar kaya yang menawariku pekerjaan. Dia
berkata bahwa dia sudah memperhatikanku sejak lama dan hatinya tergerak melihat
diriku yang rajin bekerja. Ia pun mengajakku untuk menjadi salah satu
pekerjanya dan ikut bersamanya ke pulau seberang.
Ibu : Apakah kau
menerima tawaran itu Nak?
Malin : Iya bu, aku
langsung menyetujuinya.
Ibu : Ibu pikir itu
bukan ide yang baik anakku. Jika kamu pergi, siapa yang akan menjagaku disini?
Malin : Sebenarnya,
Malin juga tidak tega meninggalkan ibu sendiri. Tapi, Malin tidak tahan dengan
kondisi seperti ini. Malin berjanji akan kembali dan menjadi orang yang sukses.
Ibu tenang saja, aku akan berbicara dengan Putri, supaya menengok Ibu setiap
hari hingga aku kembali ke rumah.
Narator : Ibu Malin
tidak bisa melarang apa yang di inginkan Malin karena Malin sudah bertekad.
Akhirnya, sang ibu setuju dengan ide Malin.
Ibu : Baiklah, jika itu
memang keinginanmu. Tapi, kamu harus pegang janjimu untuk kembali ke sini. (Malin mengangguk)
[ADEGAN 2 – Rumah
Putri]
Narator : Malin pun
pergi kerumah Putri untuk meminta bantuan Putri agar menjaga ibunya selama dia
merantau. Putri merupakan sahabat Malin yang selalu bersamanya dalam suka
maupun duka.
Putri : Mau kemana
kamu, Malin?
Malin : Besok, aku akan
pergi merantau.
Putri : Apa?
(terkejut). Jika kamu pergi merantau, siapa yang akan menjaga ibumu disini?
Malin : Karena itu, aku
mendatangimu. Aku mau minta tolong kepadamu untuk menjaga ibuku, tengoklah ia
setiap hari hingga aku kembali.
Putri : Oh, baiklah
kalau begitu. Ingatlah pesanku jangan
lupakan kita yang ada di sini, Malin.
Malin : Iya.
***
[ADEGAN 3 – Pelabuhan]
Narator : Keesokan
harinya, sesuai janjinya, Ibu Malin mengantarkan anaknya ke pelabuhan.
Ibu : Jaga dirimu
baik-baik, Nak. Cepatlah pulang,
Malin : Ya bu, doakan
Malin supaya Malin mendapat rejeki yang banyak.
Ibu : Iya, hati-hati di
jalan.
***
[ADEGAN 4 – Kapal]
Narator : Malinpun
memulai perantauannya. Ia pergi berlayar bersama saudagar kaya. Saudagar itu
memberikan Malin pekerjaan sebagai karyawan. Saudagar tersebut mempunyai putri
semata wayang yang bernama Risa. Ketika Malin melihatnya, ia langsung jatuh
hati. Risalah yang membuat Malin untuk lebih semangat bekerja.
***
[ADEGAN 5 – Rumah Ibu
Malin]
Narator : Di kampung
halaman Malin, Ibu Malin sangat gelisah dan khawatir dengan anaknya. Beliau
takut jika Malin tidak pulang kembali ke kampung halamannya dan melupakan sosok
ibu yang melahirkannya.
Ibu : Putri.. aku rindu
dengan Malin. Kira-kira kapankah Malin kembali? Apa Malin baik-baik saja saat
ini? Aku takut...
Putri : Jangan takut,
Bu.. Malin pasti pulang, ia telah berjanji. Sementara itu, biarkan aku yang
menjaga Ibu.
Ibu : Ya, terima kasih
Putri. Entah, apa jadinya aku tanpamu.
Putri : Jangan terlalu
di pikirkan Bu..
***
[ADEGAN 6 – Kapal]
Narator : Semakin hari,
semakin gigih semangat Malin untuk bekerja lebih giat. Sehingga pada suatu
hari, Saudagar memanggil Malin.
Teman Malin : Lin, kamu
di cari sama Kapten di ruangannya.
Malin : Benarkah?
Baiklah, terima kasih. (meninggalkan temannya)
***
[ADEGAN 7 – Ruangan
Saudagar Kaya]
Malin : (mengetuk pintu
ruangan saudagar kaya)
Saudagar : Masuk..
Malin : Apakah anda
memanggil saya?
Saudagar : Ya.. selamat
Malin! Jabatanmu baru saja ku naikkan! (tersenyum). Semoga kamu senang dengan
jabatan barumu. Kamu bisa melihat ruangan barumu.
Malin : terima kasih, (
nunduk kepala, meninggalkan ruangan saudagar)
***
[ADEGAN 8 – Ruangan
Malin]
(Malin masuk keruangan
barunya, lalu duduk di kursi barunya dengan kaki terlipat di atas-tangannya
dilipat di depan dada, lalu tersenyum sinis)
Malin : Sekarang aku
kaya raya. Aku dapat membeli semuanya dengan uangku. Karena itu, Risa pasti mau
menikah denganku.
***
[ADEGAN 9 – Rumah Ibu
Malin]
Narator : Semakin hari
ibu Malin semakin merindukan anaknya, membuatnya semakin lelah di usia tuanya. Namun,
Putri selalu memberikan dukungan untuk Ibu Malin, bahwa Malin baik-baik saja
dan akan kembali ke kampung halamannya.
Putri : Jangan sedih
Bu...
Ibu : Aku lelah Putri..
Kita telah menunggu Malin selama berbulan-bulan, tetapi tidak pernah mendapatkan
kabar sedikitpun dari Malin.
Putri : Percayalah bu,
Malin pasti kembali dan menjadi orang yang sukses.
Ibu : Terima kasih
Putri, jika tidak ada kamu, aku pasti kesepian.
Putri : (mengangguk,
tersenyum)
***
[ADEGAN 10 – Rumah
Malin]
Narator : Karena kerja
keras, Malin berhasil menjadi orang kaya. Sesuai dengan keinginannya, Malin
menikahi Risa. Mereka hidup bahagia, dan menjadi pasangan yang romantis.
(Risa masuk keruangan
Malin-tanpa mengetuk pintu. Berjalan menuju meja kerja Malin, lalu duduk di atas
meja kerja Malin. Malin duduk di kursi-berhadapan dengan Risa, Malin sedang
sibuk dengan map yang dipegang dan dibukanya)
Malin : (megang map,
melihat-lihat isi map-sambil melirik Risa.) Ada apa dengan muka mu? Hm?
Risa : Malin...
Malin : hm? (melihat
Risa)
Risa : Aku bosan...
Bagaimana kalau kita pergi berlibur?
Malin : Sepertinya itu
ide bagus. Bagaimana kalau pergi ke Pulau Dua Bebek?
Risa : Wah, pulau itu
sangat bagus, Aku setuju..
Malin : Baiklah, besok
kita akan berangkat.
***
[ADEGAN 11 – Kampung
halaman Malin]
Narator : Seperti janji
Malin, Malin dan Risa berlayar ke Pulau Dua Bebek. Dalam perjalanannya mereka
singgah ke kampung halaman Malin, untuk mengisi berbagai perbekalan. Tapi,
Malin tidak menemui Ibunya, ia hanya berjalan-jalan di sekitar dermaga saja.
Ketika itu, Putri – sahabatnya, melihat Malin dan Istrinya – Risa.
Putri : Malin? Apakah
dia benar Malin? Ya, pasti itu Malin. Aku harus mengatakan itu pada Ibu!
(berlari menuju rumah Ibu Malin).
***
[ADEGAN 12 – Rumah Ibu
Malin]
Narator: Putri berlari
menuju rumah Ibu Malin. Mengatakan bahwa Malin sudah kembali dan menjadi orang
kaya.
Putri : Bu~ Ibuu...
Ibu : Yaa~ ada apa
Putri?
Putri : Ibu, Malin
telah kembali. Ia ada di pelabuhan sekarang, dan menjadi orang kaya!
Ibu : Hah? Benarkah?
Apakah benar yang kamu lihat itu Malin?
Putri : (mengangguk)
Ya, aku yakin Bu. Itu pasti Malin.
Ibu : Ayo, kita ke
pelabuhan sekarang!
***
[ADEGAN 13 – Dermaga]
(Putri mendampingi Ibu
Malin untuk menemui Malin. Sesampainya di pelabuhan, Ibu Malin melihat Malin,
dan memanggil nama Malin dari kejauhan, kemudian mendekati Malin)
Ibu : Malin... Malin
anakku!
Risa : Siapa wanita tua
itu, Malin? (kepalanya terangkat, menunjukkan ‘wanita tua’ yang di maksud)
Malin : (Tak menjawab
pertanyaan Risa, menatap Ibunya dengan sinis)
Risa : Jawab aku Malin!
Siapa wanita tua itu? (menatap Ibu Malin dengan tatapan jijik)
Ibu : Siapa wanita ini
Malin? Apakah ia istrimu? Sungguh wanita yang cantik... (membuka tangan untuk
memeluk Risa)
Risa: (menepis tangan Ibu
Malin) Jangan sentuh aku!
Malin : Jangan
menyentuhnya! Dasar wanita kotor! Kulitmnu bisa mengotori kulitnya! (memegang
dan menjauhkan tangan Ibunya secara kasar)
Risa : Siapa wanita tua
ini Malin? Ia sungguh sangat kotor!
Malin : Aku tidak tau!
Aku tidak mengenal wanita ini.
Ibu : Malin anakku..
ada apa denganmu, Nak? Apa salah Ibu? Aku ini Ibumu. Ibu yang melahirkanmu.
Kamu telah berjanji untuk kembai ke kampung ini untuk menemuiku! Apa kau lupa
dengan janjimu sendiri?
Malin : Ibu? Janji?
Mengaku-ngaku saja kau! Aku tidak pernah mengatakan janji apapun dan tidak
pernah mengenalmu, wanita tua!
Ibu : MALIN!!! Aku
ibumu! Ibu yang melahirkanmu!
Risa : Dengar yang di
katakan Malin kan? Dia tidak mengenalmu, jadi pergi saja kau wanita tua!
Ibu : Malin... Malin
anakku!!
Putri : MALIN! Lupakah
kamu dengan Ibumu? Lupakah kamu dengan janjimu untuk kembali? Celakalah kau,
Malin!
Malin : Aku tidak
pernah membuat janji kepada kalian. Kalian hanya menghabiskan waktuku saja.
Pengawal, bawa dua wanita ini pergi dari sini!
Pengawal : Baik
Tuan.(Pengawal mendorong Putri dan Ibu Malin hingga jatuh.)
Ibu : Malinn... Anakku!
Malin : Jangan panggil
aku anakmu! Aku tidak mempunyai ibu kotor sepertimu. Berhentilah membual! Ayo,
kita pergi dari sini Risa!
Risa : Baiklah, ayo!
(Malin dan Risa pergi
ke kapalnya.)
Ibu : Malin... Malin...
Ibu : Jika kau tidak
menganggap ibumu, aku tidak akan segan-segan mengutukmu Malin! Anak DURHAKA!
Malin: (Berbalik,
menghadap ibunya) Silahkan saja, aku tidak merasa kau ibuku!
Ibu : benar-benar anak
durhaka! Kamu berani menantangku? Jangan sampai kau menyesal sudah berbuat itu
padaku!
Malin : Buktikan saja!
Ibu : MALIN.
TERKUTUKLAH KAU MENJADI BATU!
Suara gaib : Oh Malin,
anak durhaka. Permohonan Ibumu kukabulkan. Tubuhmu akan mati rasa, dan berubah
menjadi batu.
Narator : Di tengah
siang yang panas, tiba-tiba muncullah suara petir menggelegar, dan langit
menjadi gelap
(Suara petir muncul)
Malin : aarrrggg!!
(berbubah menjadi batu)
Narator : Malin pun
berubah menjadi batu. Itulah akibat dari anak yang tidak menghormati, tidak
menuruti, dan tidak berbakti kepada orang tuanya. Nah teman-teman, janganlah
kita menjadi seperti Malin. Hormatilah orang tua kalian selagi masih ada....
Semua pemain : Terimaaa
kasihh~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar