Balik lagi sama aku, setelah beberapa hari nggak update blog, akhirnya aku balik lagi untuk update. Sebenarnya, aku sudah ada buat sebagian paragraf untuk new update, yeuu, tapi, dikarenakan sesuatu hal, akhirnya post tersebut tidak jadi update wkwk. Kalau sempat, bakal aku lanjutkan post '#CeritaKehidupan New Era', kalau ada niat juga sih, hmm.
Oke, back to topic, sekarang memang sudah zaman-zamannya media sosial. Tempat dan waktu sudah tidak menjadi masalah untuk berkomunikasi. Di toilet pun, kita masih bisa berkomunikasi dengan orang yang jauh nun di sana. Sebesar itulah pengaruh globalisasi di Indonesia. Perkembangan zaman, membuat kita mudah untuk melakukan itu. Dulu memang bisa, cuman, tidak semudah sekarang. Kalau dulu mainannya untuk SMS, telepon pakai pulsa, sekarang mainannya kouta. LINE, Whatsapp, dan Instagram menjadi sasaran anak-anak muda maupun dewasa.
Kalau dulu zamannya Facebook dan Twitter, sekarang sudah beda. Walaupun, masih ada yang masih menggunakan facebook dan twitter, tapi tentu saja, penggunanya tidak sebanyak yang dulu. Faktor sehabis belajar sosiologi tentang modernisasi dan globalisasi jadinya seperti ini. Tapi, memang kurasakan perubahan yang signifikan ini mengenai globalisasi. Tidak ada jarak dan waktu yang menghalanginya. Mau nelepon sekarang juga bisa, mau orangnya di Surabaya, Jakarta, Jogya, Singapore, dan lain-lain, tinggal telepon LINE, modal kouta, udah bisa teleponan sepuasnya, dan video call. Tanpa bayar mahal untuk pulsa, tanpa tiket pesawat, dan lainnya. Tinggal menyediakan kouta dan meluangkan waktu saja untuk teleponan atau video call. Semudah itu.
Di era moderenisasi ini, aku juga merasakan bagaimana perubahannya. For your information, aku adalah ayodance player, yang mana gamenya itu sangat butuh komunikasi untuk bermain 'bener-bener'. Komunikasi lewat mana? Ya, lewat chat. Kalau dulu jamannya facebook, sekarang zamannya line. Kalau ketemu orang-orang yang cukup seru, pasti bakal ditanya apa linenya. Tapi aku juga gak bisa sembarangan untuk ngasih. Aku harus tau, paling nggak sifatnya lah, dan bagaimana kelakuan dia di ayodance. Seperti yang sudah ku bilang di post-post sebelumnya, tiap orang punya sikap dan sifat yang beda-beda. Ada yang emosian, ada yang baperan, ada yang orangnya kalem, ada yang orangnya cuek, ada yang orangnya di bawa nyante aja, dan lain-lain deh. Beragam. Kita ini masyarakat kultural, punya banyak perbedaan. Sifat dan sikap ya salah satu dari banyaknya perbedaan. Memang, sebagian pasti ngomong, sifat kan bawaan dari lahir. Iya, emang bawaan dari gen ya, tapi, gak mungkin juga, kita tidak bisa mengubah atau mengoreksi sifat buruk kita. Bisa diubah kok, bisa dikontrol, gimana kita mau ngubahnya aja. Semua itu dari niat, kalau niat nya berubah menjadi pribadi yang baik, ya mestinya.. mikir gimana ya supaya aku bisa jadi pribadi yang baek... dimana ada niat disitu ada jalan.
Mengurus urusan orang lain sebenarnya, diluar kuasa ku. Tapi, ada suatu masalah yang cukup unik disini. Tapi mungkin bakal aku ceritain di next post. Kalau niat yah bakal kubuatkan, kalau gak, yaa... tunggu sampai niat wkwkwk. Maapkan sharingnya sampai sini aja, mata saya sudah cukup mengantuk wkwk. Bye-byee!
Palangkaraya, 24 April 2018
1:05 AM