Sabtu, 04 Agustus 2018

Keluh Kesah Lintas Jurusan

Hola, kali ini, aku akan bahas tentang 'lintas jurusan'. Mungkin ada beberapa tulisan yang akan menyinggung beberapa pihak, jadi, sebelumnya, aku mohon maaf, jika ada beberapa kata yang menyinggung di sini. 

Oke! Let's start

Kalau kalian sudah baca beberapa isi blog ku, mungkin kalian tahu sedikit tentang diriku. Jadi, tahun ini aku baru saja masuk kuliah, dan akan merasakan kehidupan mahasiswa. Sebelumnya, aku sudah menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Palangka Raya. Anyway, tahu kan di mana Palangka Raya? Jangan bilang pada asing dengan kota ini? Kalau pada belum tahu, silakan untuk surfing sendiri di mbah google ya! 

Okai, selama SMA, aku mengambil jurusan IPA. Jadi, selama tiga tahun, aku bertemu dengan biologi, fisika, dan kimia. Beberapa postingan aku tentang tugas sekolah yang menyangkut itu ada semua di blog! Sekalian promosi deh, atau bisa buka di sini. (Itu juga salah satu web yang aku khususkan untuk segala materi tugas yang pernah ku kerjakan. Feel free to share ya. Nggak salah untuk berbagi ilmu, asal ilmu yang didapat digunakan dengan bijaksana! ^^ 

Kembali ke topik, selama tiga tahun berjuang untuk belajar IPA, belajar menghitung berapa kecepatan debu, roda, dll. Memahami segala senyawa kimia, alkana, alkena, alkuna, benzena dll. Terpaksa untuk paham? Iya banget. Tapi, semua itu harus dijalanin. Itu suatu pilihan. Ketika kamu sudah memilih untuk bertahan di IPA, ya, artinya, kamu harus menjalani itu. Nggak boleh lepas tanggung jawab. 

Walaupun terpaksa, ketika aku memilih IPA, awalnya aku memang berniat di IPA. Dan, syukurnya, orangtua mengizinkan. Orangtua juga berpikir bahwa kalau aku ngambil IPA, kedepannya juga enak. Karena IPA bisa tembus ke semuanya. Pemikiran jaman dulu. Tapi faktanya, tidak seperti itu juga. Kenapa? Akan aku jawab ditulisan ku dibawah ya! 

3 tahun yang lalu, aku benar-benar tidak tau, tujuanku kemana. 
Bakatku apa, minatku apa, yang aku tahu hanya 'aku akan jadi anak SMA, bukan putih-biru lagi. Tapi sudah jadi putih abu-abu'. Nggak pernah sekalipun berpikir ke depannya mau ambil apa dan ke mana.

Itulah salahnya
Makanya, untuk kamu atau adek kamu yang baru saja masuk SMA, tolong banget untuk memikirkan ke depannya bagaimana. Rencanakan sebaik mungkin. Karena, itu semua butuh proses. Proses untuk berkembang dan mengerti. Daripada menyesal ke depannya. 

  • Masuk IPA karena gengsi? Tolong banget, pemikiran seperti itu harus di ubah. Jujur aja, dulu, aku berpikir bahwa IPS anaknya nakal-nakal, bolos terus, dan lain-lain. Tapi faktanya, teman-temanku yang IPA, juga gitu. Secara kasarnya adalah, mau IPA atau IPS sama aja. Pasti ada yang nakal dan yang rajin. Itu semua tergantung gimana kamu membawa diri dan bergaul dengan siapa.


Itu adalah poin pertama, yang bikin aku salah kaprah dengan jurusan IPS. 

  • Masuk IPA karena katanya anak IPA itu pintar-pintar? Hell yeah, ini juga alasan kenapa aku memilih masuk IPA selama 3 tahun di SMA! Dan, please, sama saja guys! Pada dasarnya, manusia punya kemampuan berpikir, sama-sama pinter. Sama-sama cerdas. Itu semua tergantung kamu menggunakan kemampuan berpikir itu. Kamu pakai untuk bener belajar gak? Kalau kamu masuk IPA, tapi males belajar, sama aja kan? Malah, kalah dengan anak IPS yang bener-bener belajar. 

Itu poin kedua, semoga 'maksud' aku di poin yang kedua, bisa dipahami dengan baik ya! 

  • Masuk IPA karena katanya di jurusan IPA, kuliahnya bisa semua jurusan? Nahhh, ini yang akan jadi topik utama postinganku kali ini. Selain dua alasan yang di atas, ini lah poin ketiga, dimana aku memutuskan untuk masuk IPA. Aku dulu sama sekali no idea. Sama sekali nggak tau mau jadi apa kedepannya. Yang kutau dulu, aku pengen jadi dokter. Siapa sih yang sejak kecil bilang cita-citannya jadi dokter? Ku rasa hampir semua. Karena masih abu-abu, akhirnya nyari jalan aman dengan masuk IPA. Tapi guys, setelah tiga tahun di IPA. Anak IPA bisa masuk semua jurusan itu juga tidak 100% tepat. Kenapa? Karena seiring berjalannya waktu, kurikulum pendidikan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. 
Oke, aku bahas satu per satu ya. Aku usahakan dengan sedetail mungkin.

Jadi, yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi negeri, ada tiga jalur yang bisa kamu coba : 
  1. SNMPTN atau jalur undangan. 
  2. SBMPTN atau jalur test
  3. SMMPTN atau jalur mandiri 
SNMPTN / jalur undangan 

Kalau berbicara tentang jalur undangan.. Ini kalur biasa disebut jalur untung-untungan. Jalur hoki-hokian. Nggak pernah ada yang tahu, apa saja syarat-syarat yang digunakan untuk masuk. Jadi, aku nggak bisa memberikan banyak informasi, karena itu persyaratan dari panitia SNMPTN. Tunggu aku jadi panitia SNMPTN dulu ya wkwk. #justkidding. 

Tapi, aku akan kasih beberapa informasi yang bisa kamu jadikan sebagai referensi. Ingat ya, referensi. Bukan jadi patokan untuk masuk SNMPTN.

1. Nilai rapot semester 1-5. Nilai rapot semester 1-5 harus naik grafiknya. Paling tidak, harus stabil pergerakan grafiknya. Tapi ini tidak bisa dijadikan patokan juga ya. Tapi bisa dijadikan referensi. Kenapa aku bilang tidak bisa di jadikan suatu patokan? Teman sekelasku saja yang ranking satu terus tidak lulus di SNMPTN. Kakak kelasku dulu, yang sering menang lomba, yang peringkat terus di kelas juga tidak lulus di SNMPTN. Nah, yang juara lomba dan sertifikat seabrek aja nggak lulus. Tapi temanku yang biasa-biasa saja lulus SNMPTN di UI. Berarti, nilai tidak bisa dijadikan patokan kan? 

2. Alumni. Alumni-alumni yang pernah lulus SNMPTN atau jalur lainnya, bisa memengaruhi peluang kamu untuk lulus di jalur SNMPTN. Aku mendaftar SNMPTN di ULM Banjarmasin jurusan Farmasi. Alumni dari sekolahku lumayan banyak yang kuliah di jurusan itu. Tapi, apa hasilnya? Aku gagal di SNMPTN. Nah, temanku yang lulus di jalur SNMPTN, alumni yang melanjutkan di UI juga tidak begitu banyak, tapi bisa lulus di jalur SNMPTN. Nah lho? Bingung kan? Jadi, ini bisa dijadikan referensi, tapi bukan jadi patokan ya!

3. Akreditas Sekolah. Akreditas sekolah juga memengaruhi peluang kamu untuk lulus SNMPTN, lho. Akreditas sekolah itu pada dasarnya didapatkan dari SDM, sarana dan prasarana yang ada di sekolah, dan beberapa aspek yang dilihat. Jadi, akreditas sekolah itu menentukan kualitas sekolah. Semakin tinggi akreditas sekolahmu, peluangmu untuk lulus SNMPTN juga semakin besar. 
Kalau pada masa ku, 
Akreditas A : 50% 
Akreditas B : 30%
Akreditas C : 10%
Tidak terakreditasi : 5% 

Jadi, kalau akreditasi sekolahmu di peringkat A, maka, semakin banyak 'kursi' yang akan lulus di jalur SNMPTN. Semoga nangkep ya, apa yang aku maksud di sini. 

4. Kampus dan Jurusan yang di tuju. Hal ini juga memengaruhi peluang kamu. Eits, jangan karena jalur ini merupakan jalur untung-untungan, terus kamu asal pilih universitas dan jurusan. Itu salah besar ya guys. Walaupun begitu, kamu nggak boleh sembarangan untuk memilih universitas dan jurusan yang dituju. Kamu juga harus memikirkan kedepannya. Memikirkan segala kemungkinan. Maksudnya gimana tuh, kak?
Maksudnya, kamu harus berpikir, dari sisi manapun. Kamu nggak boleh egois. 

Aku ambil contoh untuk pengalamanku ya. 
Di SNMPTN aku memilih : 
1. Farmasi ULM
2. Agribisnis ULM
3. Teknik Informatika UPR

untuk memilih ULM aku memikirkan kedepannya, mari kita berandai-andai. 
'kalau aku masuk situ, aku akan tinggal dimana? sama siapa?' 
'anggaplah aku tinggal sendiri, yang biayain siapa?' 
'anggaplah yang biayain orangtua, lalu, apakah orang tua sanggup untuk membiayakan hidupku?' 
'anggaplah orang tua sanggup, apakah aku sanggup untuk tinggal sendiri? mengurus segalanya sendiri?' 
'anggaplah aku bisa mengurus segalanya sendiri, tapi apakah lingkungannya di sana baik?' 
'anggaplah lingkungannya disana baik, tapi apakah bagaimana dengan dunia perkuliahannya? Apakah aku bisa mengikutinya dengan baik?' 
'anggaplah aku bisa mengikutinya dengan baik, tapi bagaimana jika dibutuhkan biaya yang besar? Apakah orangtua mampu membiayainya? Bagimana jika tidak bisa? Berhenti kuliah? Menunda kuliah?' 
dsb nya. 

Pemikiran-pemikiran begitu yang perlu dipikirkan. Kiranya, kita sebagai anak, janganlah merepotkan orang tua. Jangan sampai yang terlalu membebani orang tua. Mungkin nantinya akan ada yang pro dan kontra dengan opini ku yang ini. Mungkin ada yang berpikir, kalau nggak dicoba,ya mana tau? Kan ada beasiswa? Kan bisa kuliah sambil kerja? Kalau nggak dicoba, kapan bisa mandiri? Dll. 
Untuk itu, aku no komen. Intinya kembali kepada, menghargai pilihan orang lain. 

Okai, kamu udah harus memikirkan segala kemungkinan yang ada. Kalau kamu keterima bagaimana, kalau kamu nggak keterima bagaimana? Harus ada planning kedepannya. Nggak apa-apa, kalau nantinya gak sesuai dengan planning awal kamu. Melenceng dari plan awal. Itu wajar, manusiawi. Karena, apa yang kita rencanakan belum tentu mulus seperti yang kita rencanakan. Pasti ada melesetnya. Intinya apa? Intinya, rencanakan dengan baik tapi dalam porsi yang sewajarnya, jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah.

Jadi, jangan pernah sembarangan milih ya. Gara-gara ingin masuk UGM, kamu jadi milih jurusan yang kamu nggak suka. Gara-gara kepengen jadi dokter, kamu memaksakan diri untuk nyoba ke perguruan tinggi yang passing grade nya tinggi, padahal nilai rapotnya standar. Memang nggak ada salahnya untuk dicoba. Tapi tau diri, tau risiko yang akan di dapatkan.

Kita di sekolah, diajarin matematika pada bab peluang, harus diterapkan ilmunya. Harus dilihat, peluang kamu masuk ke jurusan dan universitas yang kamu minati itu kira-kira mungkin atau enggak. Harus realistis ya! ^^

Oh iya, tambahan. Untuk beberapa universitas ada yang tidak diperbolehkan untuk lintas jurusan. Kalau disuruh sebut merk, aku kurang tau dan beritanya juga simpang siur. Tidak pasti. Yang pasti, beberapa kampus sudah tidak menerima siswa yang lintas jurusan.

Padahal waktu itu aku sudah berniat untuk lintas ke jurusan IPS. Tapi, karena ada berita seperti itu, akhirnya aku melepas keinginan untuk lintas jurusan. Eh, sewaktu pengumuman SNMPTN, bukan jodohnya untuk kuliah SAINTEK.

Rencana Tuhan memang yang terbaik.

SBMPTN / Jalur Tes

Nah, karena aku failed di SNMPTN, akhirnya aku mencoba untuk di SBMPTN. Tapi aku  sudah bertekad, kalau SNMPTN gagal, dan harus SBMPTN, aku hanya akan memilih SOSHUM. Karena aku sudah lumayan lelah dengan fisika, kimia, dan biologi. Akhirnya, aku mencoba SBMPTN di UPR (Univeristas Palangka Raya).

Dan syukurlah, dapat di pilihan pertama, jurusan Akuntansi. Untuk jalur test ini, kita sudah dipandang sama saja. Nggak ada beda, kamu jurusan IPA, kamu jurusan IPS, kamu jurusan bahasa, semuanya sama saja. Sama-sama berjuang untuk mendapatkan jurusan yang diinginkan.

Untuk jalur ini, mohon maaf, aku nggak akan singgung banyak. Karena pada dasarnya, ini jalur test. Kamu akan ditest dengan 2 jenis soal. TKP dan TPA.

Di TKP itu ada dua, SOSHUM atau SAINTEK.
Soshum untuk pelajaran yang berbau IPS (Sejarah, Sosisologi, Ekonomi, dan Geografi)
Saintek untuk pelajaran yang berbau IPA (Biologi, Matematika, Fisika, dan Kimia)

Tiap mata pelajaran, tersedia 15 butir soal. Jika di kali 4, maka jumlah semuanya adalah 60 soal untuk TKP.

Dan TPA,dibagi lagi sesuai subbab nya. Di dalam TPA juga tersedia bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia. Jumlah soal TPA = 90 soal.

Untuk sistem penilaiannya, karena tahun kemarin berubah, sistem 0. Jadi aku nggak berani untuk berbicara apa-apa ya. Yang pasti, kemarin, sewaktu test nya, di bilang sama pengawasnya untuk mengisi semua lembar jawaban. Yah, untuk TPA nggak saya isi semua. Tapi untuk TKP Soshum, saya isi semua.

Itu tergantung pada pilihanmu sendiri bagaimana. Mending di isi atau nggak. Kalau udah rencana Tuhan kamu bakal kuliah di situ atau di jurusan itu, percayalah, semua pasti akan dipermudah.

SMMPTN / Jalur Mandiri

Mohon maaf, untuk jalur mandiri ini, aku kurang tahu. Karena, aku sendiri sudah di jalur SBMPTN, yang aku dapat di jurusan yang aku inginkan. Jadi, nggak ada berniat untuk SMMPTN lagi. Tapi yang aku tahu, SMMPTN di beberapa PTN, sudah menggunakan nilai SBMPTN. Tidak perlu test lagi seperti UTUL UGM, atau SIMAK UI. 

**

Mungkin, cukup sekian postingan kali ini. Semoga bermanfaat informasinya, dan digunakan dengan bijaksana ya. Informasi ini berdasarkan pengalamanku pada saat pejuang SBMPTN 2018. Kalau ada perubahan suatu saat nanti, dan berbeda dengan yang saya sampaikan di sini, saya mohon maaf. Juga, mohon maaf jika ada kata-kata yang menyinggung beberapa pihak.